54

17.3K 498 47
                                    

Perempuan bernama lengkap Hera Anindhita itu tumbuh dalam lingkungan yang keras. Hera selalu punya rencana untuk hidupnya. Di usianya yang semakin bertambah, satu-persatu cita-cita Hera terwujud.

"Sayang, selamat ulang tahun. Thank you for being here with me and our children. Best wishes for you." Sabian mengecup kening Hera lembut.

"Thank you."

"Happy birthday, Bunda. I love you three thousand." Syifa mengecup pipi Hera.

"Makasih, Sayang."

"Ayo ditiup lilinnya, Bunda." pinta Dhika yang memegang kue coklat kesukaan bundanya itu.

Hera meniup lilin angka empat dan dua itu, "Makasih..." ia mulai menitikkan air mata.

"Bunda hebat! Radhit bersyukur punya Bunda." Radhit memeluk bundanya sayang.

"Bunda, ada hadiah kecil dari kami." Radhit memberikan sebuah kotak berwarna marun kepada bundanya.

Hera membuka kotak berukuran sedang itu. Ada foto-foto yang membuat memori Hera kembali ke masa lalu. Selesai melihat foto-foto, Hera menemukan banyak surat. Kemudian ia membacanya satu-persatu. Ada surat dari anak-anaknya, keluarganya, dan sahabat-sahabatnya. Air mata Hera makin deras. Dia merasa dicintai dan disayangi. Hal yang Hera tidak rasakan di usia remajanya.

"You deserve this, Ra." ucap Sabian saat Hera selesai membacanya tanpa satu patah kata pun.

"Your friends told me that you are a super loyal best friend. Your family told me that I have to protect you for the rest of my life. And your children, our children, told me to be everything and be there for you. Thank you for your dedication to be my wife, my best friends, and to be an amazing mother for our children." ucap Sabian yang membuat Hera makin terharu karena ketulusan lelaki itu memandangnya.

Sabian tidak tahu secara detail apa yang Hera lalui sebelum bertemu dirinya. Sabian berterimakasih pada apapun yang membuat Hera menjadi versi terbaiknya saat bertemu dirinya. Ia tidak menyesali kenekatannya melamar Hera enam belas tahun. Tuhan memang sangat baik.

Hera memeluk suami dan anak-anaknya erat, "I'm so grateful to have you in my life. Best gift ever."

Malam itu, menjadi malam paling berarti bagi Hera. Bahkan dirinya belum bisa memejamkan mata saat sampai di kamar. Ia belum mau hari ini berakhir. Bersyukur itu tidak sulit. Hanya kadang, kita terlalu sering melihat ke atas.

"Ra, what's your plans for the next?" tanya Sabian yang menatap langit-langit kamar.

"Be with you as a wife for the rest of my life and taking care of our children until they can stand on their own. That's it. This family means everything for me. Jadi aku ga bakal ngejar karirku lagi. Sejak kamu minta aku jadi istri, tujuan hidupku yang awalnya hanya untuk diriku sendiri berubah. Dan aku ga pernah menyesali itu. Bi, aku seneng bisa nikmatin shalat jamaah sama kamu dan anak-anak. Sesederhana itu hal yang membuat aku senang." jelas Hera.

Selesai.

Aku pengen tau apa tanggapan kalian tentang cerita ini.

Thank you udah ngikutin sampe sejauh ini. Story about Hera and Sabian totally changed my life. I write this story full of research and I write this just because I like it. Dan ketika banyak yang baca dan banyak yg suka dengan cerita ini, itu nilai plus buat aku untuk jadi penulis yang lebih baik lagi. Thank you so much pokoknya.

Aku akan terus menulis di platform ini. So, don't miss it. Masih ada cerita yg on going dan tertahan di draft. Aku minta tunggu. Masih ada yg harus aku selesaikan di dunia nyataku.

Enjoy!

Love, Sha.

The Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang