19

7.3K 474 2
                                    

Sabian pulang lebih larut dari sebelumnya. Dan di ruang tengah, Hera menunggu suaminya pulang seperti hari-hari sebelumnya. Setelah menemani Dhika tidur, Hera kembali menyalakan televisi sambil menunggu Sabian pulang.

Suara mesin mobil dan ucapan salam menyadarkan kembali Hera yang sudah terkantuk di sofa. Hera mengecilkan volume televisi kemudian mematikannya. Perempuan itu berjalan ke arah ruang tamu untuk menyambut suaminya.

"Baru pulang?" tanya Hera begitu dirinya menunjukkan diri di hadapan Sabian.

Sabian mendongak, "Kamu belum tidur?"

Hera menggeleng, "Belum. Mas mau aku ambilin minum?"

Hera memang pintar memainkan peran seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Hera adalah seorang istri yang taat, Sabian mengakui itu. Tidak pernah Hera mengeluh di hadapannya sekalipun wanita itu lelah.

"Ga usah, Ra. Kita perlu ngobrol, kan?" tanya Sabian lembut.

"Gapapa, Mas. Alhamdulillah Dhika anaknya gampang ngerti. Aku juga paham kalo tadi Mas emang masih ada kerjaan. Maaf ga bilang kalo mau ke kantor." jelas Hera tenang.

Sabian langsung memeluk Hera erat, "Kamu kalo ada apa-apa bilang aja. Kalo Mas salah, kamu ingetin. Kamu yang selalu biasa aja setelah ada hal yang ga enakin, bikin aku ngerasa bersalah."

Hera membalas pelukan suaminya, "Aku cuma pengen Mas luangin waktu buat Dhika juga. Dia juga pasti pengen perhatian dari Mas. Aku juga pengen dia sayang sama Mas kayak dia sayang sama aku."

"Temenin Mas makan ini, yuk." melonggarkan pelukan, Sabian mengangkat paper bag berisi cake kesukaan Hera.

Keduanya menikmati kue coklat itu dalam hening. Penjelasan Hera membuat Sabian sadar bahwa dirinya terlalu sibuk akhir-akhir ini. Ketika ayahnya bisa dengan mudah mempercayakan pekerjaannya dengan anak buahnya, tidak dengan Sabian. Ia lebih suka mengamati prosesnya dari waktu ke waktu. Itu yang menyebabkan dirinya lebih sering berada di kantor.

"Ra, mau liburan ga?" tanya Sabian tiba-tiba.

Hera mengernyit dahi heran, "Tiba-tiba banget, Mas."

"Serius. Bulan depan Mas ga sibuk-sibuk banget. Sekalian ulang tahun Dhika, kan?" jelas Sabian.

"Emang mau kemana, Mas?" tanya Hera sebelum menyendokkan cake di piringnya.

"Yang deket aja. Ke Aussie?" tanya Sabian.

Hera mengangguk, "Boleh. Nanti aku cariin tiket pesawat sama hotelnya."

The Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang