38

5.6K 283 2
                                    

Melewati trisemester kehamilan, Hera sudah bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Setelah tiga bulan menghabiskan waktu di rumah, akhirnya Hera bisa pergi ke Senada seperti semestinya. Ditambah, hari ini ada pertemuan ke sekian kalinya dengan Monica dan Nadia.

"Mbak, lo tuh ga usah ke Senada tiap hari juga bisa tetep makan." celetuk Kafka saat dirinya baru sampai di Senada, "Suami lo CEO, royalti dari karya-karya lo juga masih tetep ngalir."

Hera menatap Kafka malas, "Gue ke sini juga buat kerjaan gue lagi." ia menangkat salah satu karya cetaknya pada Kafka.

"Jangan bilang, lo ada proyek film lagi, Mbak." tebak Kafka yang masih mengelapi gelas-gelas.

Hera mengangguk, "Fakta. Gue pesen milktea sama croissant."

Setelah itu, Hera mengambil duduk di salah satu sudut di Senada yang cukup nyaman menjadi tempat diskusi. Sahabatnya, Nadia datang lebih dulu. Nadia duduk di hadapannya. Kini, mereka menunggu kedatangan Monica.

"Seriously, Ra, tiga?" tanya Nadia takjub melihat perut Hera yang sudah membesar secara nyata untuk pertama kalinya.

Hera mengangguk sambil tertawa kecil, "Emang lo sendiri beneran ga mau nambah?"

Nadia menggeleng cepat.

"Kasian, dong, Er." celetuk Hera.

"Ya, engga gitu, Ra. Gue yang selalu minum pil." bisik Nadia diiringi tawa.

"Gila." balas Hera terkekeh.

"Hai, maaf gue telat." Monica datang dengan tergesa, ia duduk di sisi lain meja, di antara Hera dan Nadia.

"Santai aja, Mbak. Oiya, kenalin ini Nadia. Nad, ini Mbak Monica." jelas Hera.

"Kita mulai aja, ya." mulai Hera setelah kedua temannya itu berkenalan.

Monica dan Nadia mengangguk.

"Ini Nadia yang sempet aku saranin ke Mbak Monica. Nadia ini salah satu pembaca setia saya, Nadia juga pernah jadi sutradara waktu SMA. Kalo saya cukup percaya sama Nadia buat jadi sutradara film ini." jelas Hera.

Monica mengangguk, "Kamu pengalaman di sinematografi?" tanyanya pada Nadia.

Nadia mengangguk, "Jujur aja, Mbak, saya bukan lulusan sekolah semacam itu. Tapi saya emang tertarik sama sinematografi sejak SMA."

Monica mengangguk, "Oke, kita bisa jadiin Nadia sutradara. Gue tau Hera ga bakal pilih orang yang salah."

Waktu SMA, Nadia memang pernah menjadi sutradara dan Hera menjadi penulis naskahnya. Proyek ini seakan membawa keduanya kembali ke masa-masa itu. Dan keduanya juga merupakan teman diskusi yang cocok.

Hari ini, setelah mendapat persetujuan Monica, Hera dan Nadia memulai proses penulisan naskah. Karena Nadia sudah membaca buku berjudul On Your Side itu, ia langsung menyebutkan bagian mana saja yang bisa menjadi poin utama dalam film. Hera, membuat garis besar yang bisa ia tulis dalam skripnya.

"Seneng bisa kenal sama lo, Nad." ucap Monica di akhir pertemuan mereka sore ini.

Update lagi!

Enjoy!

Love, Sha.

The Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang