Tengah malam ini, Hera kembali terjaga. Si kecil Syifa, selalu terjaga di tengah malam. Dan Hera, siap menimang putrinya itu supaya tidak menangis. Dengan cahaya remang di kamarnya, Hera berjalan dari sudut ke sudut lain.
Hera tidak berhenti bersyukur memiliki Syifa. Keinginannya memiliki anak perempuan dikabulkan Tuhan. Ia menatap putri kecilnya yang terlelap di dekapannya.
Suara pintu terbuka, Sabian baru sampai rupanya, "Kamu belum tidur?" tanyanya saat melihat Hera masih berjalan mengelilingi baby box milik Syifa.
Hera menggeleng, "Syifa kebangun lagi. Kamu, kok, baru pulang?" tanyanya.
Sabian mengambil duduk di tepi kasur, "Ada yang harus diberesin di kantor."
"Kantor lagi ada masalah, ya, Mas?" tanya Hera lagi.
"Biasa. Masalah anggaran." balas Sabian.
Hera mengangguk. Ia tahu masalah ekonomi adalah yang paling sering dihadapi oleh perusahaan suaminya itu. Beberapa tahun lalu, saat stasiun televisi itu masih dipimpin oleh Pak Wisnu, Hera mengalami kalau salah satu program acaranya harus dihentikan secara paksa karena rating rendah dan kurangnya anggaran.
"Kamu tau, kan, Mas. Kamu bisa cerita apapun ke aku." Hera merasa suaminya sedang menutupi sesuatu.
Sabian mengangguk, "Masalah ini masih bisa aku tangani, kok. Aku ga mau bikin kamu stress, soalnya kamu masih ngasih ASI Syifa." jelas Sabian yang kemudian berjalan menuju kamar mandi.
Syifa sudah nyenyak dalam dekapannya, Hera menidurkan putri kecilnya di dalam baby box. Syifa yang berusia delapan belas bulan itu memiliki pipi tembam. Hera selalu ingin mencubit pipi putrinya itu.
Sabian sudah menyelesaikan urusannya di kamar mandi, ia langsung naik ke atas kasur dan duduk bersandar. Hera menyusul suaminya. Ia benar-benar tidak punya petunjuk tentang apa yang suaminya lalui akhir-akhir ini.
"Mas?" panggil Hera.
"Can I have a hug?" tanya Sabian.
Hera memberi suaminya pelukan yang langsung disambut erat, "Masih ga mau cerita sama aku?" tanyanya sembari mengusap punggu suaminya.
Sabian menggeleng di pundak Hera, "Can you say that everything is gonna be okay?" pintanya.
"Everything is gonna be okay, Bi." Hera menuruti permintaan suaminya.
Kadang, kita hanya butuh pelukan untuk membuat semuanya terasa lebih mudah. Hera akan membantu suaminya selagi ia bisa. Apapun itu. Karena yang ia lihat saat ini, Sabian sepertinya sedang menghadapi banyak masalah di kantor. Hera tidak akan memaksa jika Sabian belum mau bercerita.
"Thank you so much, Ra." Sabian memeluk erat istrinya.
Aku mau bikin konflik di cerita ini. Siap-siap!
Enjoy!
Love, Sha.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Step
Storie brevi[COMPLETED] Hera Anindhita dan Sabian Pratama diuji dalam kehidupan pernikahan mereka. Hera bersiap untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak. Sabian juga mendapat pengalaman pertamanya sebagai ayah. Mereka berdua berusaha menjadi orang tu...