20

7.8K 481 1
                                    

Di Sabtu pagi yang cerah, Sabian sedang bersantai sambil menonton televisi dengan Dhika yang duduk di pangkuannya. Pemandangan yang sudah dua minggu terakhir ini Hera dapati setiap pagi. Dhika terus bertanya tentang apa yang dikerjakan ayahnya di kantor. Sabian tentu menjelaskannya dengan antusias.

"Loh, kamu ga ikut Daffa sama yang lainnya main bilyard, Mas?" tanya Hera.

Sabian menggeleng, "Tau dari mana kamu?"

"Nadia ngomel-ngomel ga ada yang bantuin ngurusin si kembar di rumah." ujar Hera sambil tertawa pelan.

"Ya, nanti kalo aku pergi sama mereka, kamu sama ribetnya kayak Nadia." balas Sabian.

"Kalo aku kan cuma ngurusin Dhika. Udah mandiri lagi anaknya. Gapapa loh, kalo Mas mau main sama temen-temen Mas." Hera menambahi.

"Kalo mereka mainnya ke Chara kamu masih kasih izin emang?" tanya Sabian lagi.

"Mas tau kan ga boleh minum-minum lagi." balas Hera.

Hera berjalan mendekat ke sofa. Ia mengangkat tubuh Dhika dari pangkuan Sabian.

"Udah, deh. Mas susulin aja mereka. Nanti aku ke rumah Nadia aja nemenin dia." balas Hera mengerti jika sahabatnya akan bernasib sama dengan dirinya.

"Beneran gapapa?" tanya Sabian.

Hera mengangguk yakin.

Dan beberapa hari setelahnya, Hera mendapat kabar dari Nadia bahwa sahabat-sahabat suaminya itu akan pergi ke Chara. Daniel yang sedang patah hati sedang mengacau di sana. Sebagai teman senasib dan seperjuangan, mereka menemanj Daniel dalam masa sulitnya. Di rumah, Hera hanya berharap Sabian tidak menyentuh minuman beralkohol itu.

Pukul setengah satu dini hari, Hera baru mendengar suara mobil di halamannya. Saat menbuka pintu, Hera mendapati Erlangga memapah suaminya.

"Maaf, Ra. Maaf banget." Erlangga meminta maaf begitu menyerahkan Sabian yang setengah sadar ke rangkulan Hera.

Hera mengangguk maklum, "It's ok, Er. Thank you, ya, udah anter Mas Bian. Lo bawa mobilnya aja buat balik."

Setelah Erlangga pergi dengan mobil milik Sabian, Hera menutup pintu rumah. Sabian berjalan terseok dalam tuntunan Hera. Hera bertekad, setelah ini tidak ada lagi Sabian yang mabuk masuk ke rumah.

The Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang