16 - Pisah kamar

23.7K 688 6
                                    

"Apa gue suka sama fela?" Rega terbatuk batuk sendiri saat hatinya mengatakan suatu hal seperti barusan. Rega tertawa keras, sambil menepuk nepuk meja makan yang ada didepannya. Ia sedang menertawai dirinya sendiri karena pertanyaan yang ia tanya dari dalam hatinya tadi. Karena rega pikir dia sudah gila karena pertanyaan tadi.

Karena menurut rega walau sampai fela berubah jadi cewek anggun, lembut, baik,  bertutur kata sopan, dan sekalipun fela jadi tidak cerewet ia tak akan pernah menyukai fela. Walaupun didunia ini cuman ada fela dan dirinya, ia akan lebih memilih jomblo sampai mati dari pada harus memilih fela sebagai tambatan hati.

"Ingat rega! Lo gak bakalan pernah suka sama fela. Walau lo sampe suka sama dia, lo pasti udah gila! Dan tempatnya dirumah sakit jiwa!" Rega berusaha meyakinkan dirinya. "Lo bukan suka, tapi cuman baik aja. Emang dasar lo itu baik kesemua orang." Tambah rega sambil menutup matanya dan tangannya terkepal.

"Lo? Baik? Kesemua orang? Cih!" Fela yang baru masuk langsung menanggapi ucapan rega yang ia dengar itu.

Spontan rega membuka mata setelah mendengar suara itu, suara fela siapa lagi. "Nyambung aja lo kayak kabel kulkas," Rega pura-pura tidak peduli lalu berjalan menuju sofa didepan TV. Ia ingin menonton TV rasanya.

Mata fela mengikuti pergerakan rega, hingga rega menghempaskan tubuhnya disofa empuk itu. "Bukan kabel, tapi selang." Celetuk fela lalu masuk kedalam kamarnya, tapi saat ia hendak membuka pintu kamarnya, ia melihat ruangan disebelahnya yang pintunya terbuka setengah, karena penasaran fela melihat kedalam dan ternyata ruangan itu sudah rapi dan kasur nya sudah berbalut seprai baru berwarna hitam polos.

Fela keluar hendak menanyakan siapa yang membereskan kamar itu, "Siapa yang beresin ni kamar? Dan buat apaan?"

Rega mengalihkan pandangannya dari TV ke fela, "Gue lah! Dan buat gue tidur. Gue gak mau tidur disofa, apalagi sekamar sama lo." Jawab rega dengan nada ketus.

Fela tidak menjawab, ia hanya menggedik kan bahunya. Lalu masuk kedalam kamarnya. Fela tidak peduli malahan fela senang karena tidak harus sekamar lagi dengan rega. Fela melemparkan tasnya ke kasur lalu di susul dirinya yang menghempaskan tubuh kekasurnya dengan kaki terjunkan kelantai.

Fela tersenyum ia mengingat tadi saat ia jalan-jalan dengan daniel. Ternyata Daniel orang yang sangat baik dan humoris juga. Ia sering membuat fela tersenyum dan tertawa, mengingatnya membuat fela bahagia. Tapi wajahnya berubah kesal saat mengingat rega yang bertolak belakang dengan daniel, coba saja kalau rega seperti daniel pasti fela betah bersamanya, ini tidak. Rega selalu membuat fela kesal.

Fela mendadak duduk, suasana hatinya jadi jengkel. Kenapa sih dia harus ingat rega, padahal hatinya sedang berbunga saat ingat daniel. Fela memutuskan untuk mandi saja. Selesai mandi fela melirik jam, tak terasa sudah jam tujuh lewat tigapuluh malam. Setelah selesai berganti baju, fela keluar niatnya hendak memasak, siapa tau ada didapur ada bahan makanan.

Tapi saat keluar, fela melihat rega yang sedang makan didepan TV, ia memakan semangkuk mie. "Makan sendiri aja, gak bagi-bagi. Dasar manusia gila pelit lagi." Fela memaki rega dalam hatinya.

Fela masuk kedapur, hal pertama yang ia lihat adalah semangkuk mie diatas meja makan. Fela heran, punya siapa itu? Apa rega membuatkan untuk fela atau rega ingin makan dia porsi sekaligus. Enggak,  kalau rega mau makan dia porsi sekaligus pasti mie ini sekarang ada di dekatnya bukannya diletak didapur. Akhirnya fela memutuskan untuk bertanya, "Mie dimeja punya siapa?" Teriaknya dari dapur.

"Buat lo, tapi gue buat mie kebanyakan, jadi buat lo aja." Teriak rega dari luar.

"Jadi ini sisa?" Tanya fela pelan dan pasti tidak terdengar oleh rega. "Gapapa lah, udah laper. Kalau masak pasti lama." Fela mengangkat mangkuk itu dan berjalan keluar menuju depan TV. ia duduk didekat rega.

"Ngapain lo disini?" tanya rega tak suka.

Baru saja hendak memasukkan sesuap mie kedalam mulutnya, tapi pertanyaan rega membuat fela mendongak, "Mau makan lah, malas makan didapur." Jawab fela lalu memasukkan mie itu kedalam mulutnya yang tadi sempat tertunda.

Rega tidak bertanya lagi, ia kembali melahap mie instan buatannya itu begitu pula fela. Mereka makan dalam diam. Rega menyelesaikan makannya dulu, lalu meneguk air minumnya dan kedapur membawa mangkuk bekas mienya.

"Ambilin air dong tolong sekalian," Pinta fela dengan tidak jelas sebab masih ada mie dalam mulutnya.

Rega tidak menjawab. Tapi setelah meletakkan mangkuk dan gelas itu ke tempatnya, ia pun mengambilkan botol air dingin dikulkas dan satu buah gelas dan membawanya ke fela.

"Makasi," Ucap fela sambil tersenyum. Lalu menuangkan air di botol itu kedalam gelas dan meneguknya.

Selesai makan, fela tidak langsung mengantarkan bekas makannya kedapur tapi ia duduk bersandar dulu, sekarang ia sudah kenyang. Dan ternyata masakan rega lumayan enak, walaupun cuman mie instan dicampur beberapa sayur dan sosis.

"Makasi udah dimasakin. Sekalian dicuciin yah?"

Rega mendelik tajam kefela, "Pertama gue bukan masakin lo. Tadi gue masak kebanyakan makanya gue sisain buat lo. Kedua gue ogah jadi pembantu lo."

Fela tersenyum, "Iya deh. Gue yang bakalan cuci piring. Dan makasi karena udah masak banyak, jadi gue gak perlu masak lagi, karena gue udah laper tadi." Fela sedang tidak ingin berdebat dengan rega saat ini.

Rega diam saja, ia fokus melihat kearah TV, ia sedang menonton sebuah FTV. Mereka jadi diam-diam aku karena fela ikut menonton FTV itu, di FTV itu cerita nya tentang dia orang yang awalnya benci lama-lama suka-sukaan cuman gak berani bilang satu sama lain, sampai akhirnya sicewek dapat pasangan dan sicowok cuman bisa diem ngeliat cewek jalan sama cowok lain. Sedang asik menonton rega malah mengganti saluran TVnya, otomatis fela tidak bisa melihat akhirnya padahal fela ingin tahu sekali bagaiman akhirnya dua orang itu.

"Kenapa lo ganti?"

"Gak seru."

"Gak seru tapi ditonton."

"Makanya gue tuker, gak lihat apa lo."

Yasudah, fela mengalah saja. Biarlah rega ingin berbuat apa. Fela melihat saja TV yang salurannya rega ganti-ganti tiap dua detik sekali. Akhirnya setelah bosan rega menukarkan nya lagi ke saluran dimana FTV tadi ditayangkan, tapi sayangnya FTV itu sudah habis.

"Udah habis baru lo pindahin kesitu." Gerutu fela

"Karena udah habis, makanya gue pindahin kesitu lagi." Ketus rega.

Fela berusaha tenang dan menghentikan topik tentang film ataupun saluran tv. Sekarang fela ingin bertanya pada rega ia duduk menghadap rega. "Rega gue mau nanya dong?"

"Gue bukan mama dedeh."

"Serius dong?"

"Gak usah serius kalau ujung ujung nya ninggalin. Buat sakit hati aja."

"Lo kenapa tiba-tiba drama banget sih, jijik gue." Sentak fela. "Serius lah, gue mau nanya nih?"

"Yaudah tanya aja."

"Kenapa lo ikutan pindah eskul?"

Rega mendadak bingung mau jawab apa. Rega berpikir sebentar, memikirkan jawaban apa yang tepat untuk fela, agar fela tidak tahu kalau dirinya ingin agar fela tidak dekat-dekat dengan pelatih bernama daniel itu. Rega melihat kearah fela dan menjawab, "Gue pengen aja bisa bela diri, biar besok kalau gue punya pacar gue bisa lindungin dia." Hanya itu jawaban yang terlintas di otak rega yang hanya sebesar biji salak itu.

Fela menatap curiga rega, "Benaran. Bukan karena mau dekat dekat gue, atau takut gue dekat sama orang lain?"

Byurrr.

Rega tertebak pemirsa!

TBC.

Jangan lupa koment dan votenya yah. Makasi semua.

NIKAH MUDA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang