52 - Film horor

16.7K 565 42
                                    

"Gue mau jujur, curhat, sekaligus minta pendapat." Ujar fela pada seseorang disebrang telponnya.

Monic. Orang yang sedang fela telpon. Monic yang saat ini menjemur pakaian menjepit handphonenya antara telinga dan bahu sementara kedua tangan sibuk pada cucian yang akan ia jemurkan. "Apaan dah? Ini gue lagi jemur baju nih. Emak gue cerewetnya kumat, gue jadi disuruh jemur baju."

Sementara fela berada dibalkon apartemennya, ia menggigit bibirnya, apa keputusannya untuk curhat dengan monic adalah hal yang tepat. Tapi jika bukan monic, ia tidak punya lagi teman untuk curhat masalahnya. Akhirnya, fela meyakinkan dirinya untuk bercerita pada monic, "Gini, kan cuman lo yang tau kalau gue sama rega uda nikah. Jadi yang lo satu-satunya tempat..."

Disebrang sana monic berdecak, "Lama amat lo pake segala kata pembuka. Langsung aja, ni abis jemur baju gue disuruh kewarung beli pembalut emak gue." Protesnya.

Fela jadi ikutan kesal jadinya, "Yaudah, nanti aja! Gue tungguin lo siap."

Dihalaman rumahnya, monic tersenyum, "Oke, gue matiin ya?" tanpa persetujuan dari fela, monic langsung menantikan sambungan telponnya dan memasukkan handphone itu kedalam saku celana tidurnya.

Monic meraih keranjang merah muda bolong-bolong yang tergeletak ditanah dan sudah kosong. Monic memandang jemuran nya, yang terletak di halaman depan rumahnya, lalu melihat ke sekitar. "Emak gue kalau buat tempat jemuran kagak pake mikir. Lah masak diletak dihalaman depan, kebanyakan daleman lagi yah dijemur, ntah ada maling kan gawat."

Mata monic berhenti didepan sebuah rumah disamping rumahnya, ada mobil bakal terbuka yang mengangkut banyak barang dan beberapa dus juga. Sepertinya ada orang baru yang nempatin rumah yang sudah beberapa bulan ini kosong. Tapi monic tidak terlalu memikirkannya, ia segera melangkah masuk.

"Udah siap jemur nya?" tanya ibu monic yang sekarang sedang menggoreng ikan didapur dengan menggunakan daster merah bermotif bunga.

"Ni keranjang uda kosong. Berarti uda." Jawab monic sambil mengangkat keranjang yang ia pegang, ia meletakkan keranjang itu disudut, lalu mendekati ibunya.

"Bagus. Lah kamu mau ngapain disini? Mau bantuin?"

Monic menggeleng, "Mau minta." Monic mengambil sepotong ikan yang sudah matang berniat memakannya.

Tapi tangan ibu monic lebih gesit untuk memukul tangan anaknya dan mengambil kembali ikan itu. "Buat makan siang sekalian, jangan kamu abisin!"

Monic cemberut, "Cuma satu doang kok, pelit banget."

"Bukan pelit! Tapi hemat, ikan sekarang lagi mahal dipasar." Tunas ibunya.

"Seterah lah." Monic bersender di konter dan mengarah pada ibunya, dengan mata masih melirik ikan tadi yang terlihat sangat enak. Monic menggeleng, nanti juga ia bisa memakannya.

Mata monic beralih ke mamanya, "Bu, ada yang nempatin rumah sebelah ya?"

Ibu monic menoleh sebentar, "Iya. Kemarin dia juga uda datang untuk lihat-lihat."

"Suami istri?" tanya monic.

"Kayaknya." Jawab ibu monic, "Ngomong-ngomong, yang laki-lakinya ganteng banget." Puji ibu monic dengan bahagia.

Monic membalas dengan menunjukkan wajah datar, "Ingat ayah lagi nyari duit buat makan!" Sindir monic.

Ibu monic berdecak, "Ibu cuman bilang ganteng!"

"Seterah."

"Denger-denger sih dia guru."

"Yang cowok?"

NIKAH MUDA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang