"Dimana sih?"
Fela sekarang sedang mengeluarkan seluruh isi tasnya, ia sedang mencari topi yang biasa ia letakkan didalam tasnya. Tapi sekarang topi itu ntah kemana.
Fela sudah sangat panik, karena sebentar lagi upacara akan segera dimulai. Fela takut karena jika atribut upacara tidak lengkap akan mendapat hukuman. Dan fela tidak mau dihukum.
Fela sudah panik bukan main, apalagi teman sekelasnya sudah pergi keluar semua. Apalagi rara dan rega dan sempat syok tadi karena mereka sekelas, tapi akhirnya mereka bersama keluar tanpa menunggu fela yang sedang bingung karena topinya tidak ada.
Ah, mengingat itu membuat kesal fela bertambah. Fela menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gimana nih? Gue enggak mau dihukum."
"Fela, ayok cepat udah mau upacara nih."
Fela menoleh kearah pintu, disana ada teman sekelasnya. "Iya farah"
Dengan lemas fela berjalan keluar, dengan langkah lemas. Ia sedang kesal, sedih dan takut semuanya bercampur aduk dalam diri fela.
Ia kesal karena topinya hilang, ia merasa tidak pernah mengeluarkannya dari tasnya. Fela sempat curiga pada rega yang mengambil topinya. Dan ia takut untuk dihukum. Terlebih lagi nanti barisannya diasingkan.
Fela memasuki lapangan dengan kepala tertunduk, pasti sebentar lagi guru piket akan menanyai topinya, dan akan menyuruhnya mengasingkan diri kebarisan lain.
Jari-jari fela saling bertautan satu sama lainnya. Fela tidak pernah tidak memakai atribut lengkap saat upacara, atribut nya selalu lengkap. Karena ia akan menyiapkan nya pada malam hari. Tapi sekarang, Topinya hilang.
Fela sudah pasrah, jika barisannya diasingkan dan dia mendapat hukuman. Tapi tiba-tiba saja ada seseorang yang memakaikannya topi. Fela melihat keatas dan ternyata benar sudah ada topi diatas kepalanya.
Fela menoleh kesamping melihat siapa orang yang memakaikannya topi. Dan ternyata orang itu adalah...
"Rega"
Rega tersenyum. "Makanya topi itu jangan ditinggal. Untung tadi gue masuk dulu, makanya gue lihat topi lho" Rega menjelaskan. Memang tadi saat rega masuk lagi untuk mengambil jaketnya, ia melihat topi yang tergeletak didekat sofa, dan saat ia mengeceknya ternyata itu milik fela, karena fela sengaja menuliskan namanya disana.
Fela bernafas lega. "Huft. Hampir aja gue kena hukum"
"Btw, makasi ya" ucap fela tulus
Rega tersenyum, dan baru akan menjawab. Tapi suara fela lebih dahulu bersuara. "Tapi kok lho baru kasih gue sekarang sih? Kan dari tadi gue panik nyariin topi gue! Gimanasih?!" Fela tiba-tiba nyolot.
Muka rega berubah masam. Baru saja fela berterima kasih dan bersikap baik, eh langsung berubah lagi menjadi garang. Belum juga 5 detik. Cewek emang gitu.
"Kan gue panik banget. Dasar lho! Gak pernah berubah!"
Rega hanya bisa melongo melihat fela yang sudah berjalan menuju barisan untuk mengikuti upacara. Rega geleng-geleng kepala. Lalu ikut bergabung dengan barisan.
"Untung ditolong!!"
✩✩
"Ketemu dimana topinya?" Tanya rara pada fela saat mereka selesai upacara.
"Hah?"
"Topinya dapat dimana?"
Fela jadi bingung mau menjawab apa. Kalau bilang rega yang membawakan. Pasti rara jadi penasaran kenapa bisa rega yang membawakan topinya.
Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya fela menjawab. "Ternyata topinya ada dilaci meja nya, rega" hanya alasan itu yang ada dikepala fela saat ini.
Tapi untungnya rara percaya, dan ia hanya mengangguk saja. "Kalian dekat ya?"
Fela jadi kikuk dan bingung ingin menjawab apa. "Enggak!" Jawab fela tegas.
"Kenapa? Padahal kalian teman sebangku?"
Fela nyengir. "Kan sekarang gue sama lo, jelas lah gue ama rega jauh"
Rara tercengang. Lalu sadar dengan apa yang barusan dikatakan fela. Lalu ia tertawa kecil. "Lho ternyata suka becanda juga yah?"
Fela menunduk seraya tertawa kecil. "Hehe enggak juga kok,"
"Kalau lho, kayaknya dekat banget sama rega, lho apanya rega?" Sekarang giliran fela yang bertanya.
Rara tersenyum malu-malu. "Gue sahabatnya rega dari kecil dan kita udah dekat banget. Cuman kemarin gue pindah makanya kita gak ketemu lagi."
Rara menjeda ucapannya, lalu matanya menerawang kedepan. "Gue sama rega udah kayak pasangan tau gak, di SD aja gue sama dia berdua terus sampe kita dikira pacaran sama teman-teman kita. Ya abisnya kita selalu kemana-mana, cuman ke WC aja yang beda..."
Rara menoleh ke fela yang terus mendengar dan melihatnya. "Kita SD aja tidurnya bareng lho, hehe."
Fela tercenung mendengar ucapan rara. Fela menurunkan pandangannya, rasanya ada sesuatu yang menoel hatinya, agak perih. Mendengar mereka sedekat itu, fela saja yang notebenenya istrinya gak pernah sedekat itu. Apalagi setelah fela mendengar ucapan rara selanjutnya..
"Rega tuh orangnya perhatian banget, kalau aku sakit dia pasti selalu nanyain keadaan aku hampir tiap menit. Dan dia selalu jagain aku. Pernah waktu aku SD ada anak cowok yang gangguin aku, rega loh yang maju dan ngelindungin aku, rega tuh pahlawan aku."rara bercerita seraya tersenyum, dan mengingat kejadian yang ia ceritakan itu.
Fela mengangguk. Fela baru tau kalau rega adalah orang yang perhatian, dan fela percaya itu, karena baru tadi pagi rega perhatian padanya, rega ternyata tidak membiarkan ia tidak memakai topi. Buktinya rega membawakannya, walaupun rega dan fela bisa dibilang tidak pernah akur.
Fela memandang rara, "Jadi lho suka sama rega?" tanya fela ragu-ragu
Rara tersenyum malu-malu, ia menunduk. Tidak menjawab pertanyaan fela. Walau rara tidak menjawab tapi fela sudah tahu jawabannya dari wajah rara.
"Gak usah dijawab kalau malu."
Tak terasa mereka sudah sampai didalam kelas mereka. Dan fela masuk duluan kedalam kelas. Ntah kenapa tadi dari wajah fela, tampak jelas bahwa dia tidak suka dengan apa yang terjadi tadi.
"Minggir!" Ucap fela ketus pada rega yang sedang asik bermain game. Dan menghalang jalan masuknya.
Rega tidak menoleh dan tampak tidak peduli. Dan tidak menghiraukan ucapan fela.
Fela berdecak, ntah kenapa fela jadi jutek dengan rega. "Minggir gue bilang!!"
Lagi-lagi rega tidak menjawabnya, ia sibuk dengan game diponselnya. Karena suasana hati fela tidak baik, dia merampas handphone rega dan langsung mematikannya.
"Kenapa sih?"
Fela memandang tidak suka rega. "Makanya kalau gue bilang minggir, yah minggir!"
Rega tidak mengerti kenapa fela jadi sangat jutek, dua kali lebih jutek dari biasanya. Rega berpikir mungkin karena efek topi tadi pagi. Jadi rega memilih berdiri dari kursinya dan memberi akses masuk kepada fela.
Fela meletakkan kasar handphone rega diatas meja, hingga menimbulkan bunyi. Lalu ia sendiri masuk dan duduk dikursinya.
Rega heran dengan perubahan sikap fela, biasanya fela tidak segitunya dengannya. Tapi rega tidak berani bertanya, ia hanya mengambil handphone nya dan mengelus punggung handphone nya dengan dramatis. Takut kenapa-kenapa.
Rega duduk dengan hati-hati dibangkunya, takut disembur oleh istri tercintaaa. Dan rega baru ingat bahwa pelajaran pertama Matematika dan PR yang belum siap.
Rega menoleh hati-hati pada fela. "Fel gue enggak mau nyontek kok cuman mau lihat PR matematika, boleh ya?"
"GAK!!"
TBC
Maaf lama updatenya, tapi jangan lupa vote and komennya yah.
1 komen beribu semangat buat aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA [Completed]
Dla nastolatkówHanya takut untuk mengatakan, karena belum siap dengan jawaban. - regata agantara Jika takut mencoba memperjuangkan, maka mantapkan hatimu untuk menerima resiko. - felata anandara Cover by: Bella krunia 027 --------------- Felata anandara Gadis SM...