Hari kelulusan.
Hari dimana dulunya adalah hari yang mungkin paling menakutkan bagi seorang rega. Hari itu dulunya sudah ditetapkan sebagai hari perpisahannya dengan fela. Hari dimana ia akan merasakan bagaimana sakitnya patah hati karena perpisahan, yang belum rega rasakan sama sekali.
Rega pernah berpikir, seandainya hari itu tiba dan apa yang ia takutkan terjadi, yaitu ia dan fela akhirnya benar-benar berpisah, apa yang akan terjadinya dengan nya, maksudnya apa kira-kira reaksi tubuhnya. Rega memang pernah memikirkan itu. Haruskah ia menangis, meneteskan air mata, atau harus tertawa, mentertawakan dirinya sendiri yang dengan bodohnya tidak mampu menyatakan perasaannya dan membiarkan fela diambil oleh orang lain. Haruskah?
Tidak.
Karena buktinya ketakutan yang takuti itu adalah hal yang tidak perlu lagi. Karena ia bukan lagi orang bodoh yang tidak mampu menyatakan perasaannya, rega sekarang adalah laki-laki pemberani dan mampu menyatakan perasaannya dan tidak lagi akan kehilangan karena kebodohan.
Fela saat ini bersamanya. Berada tepat didepan matanya, rega tidak akan pernah membiarkan fela hilang lagi karena tangan fela sedang digenggam erat-erat oleh rega, seakan-akan tidak akan pernah lepas. Senyuman manis pun terukir indah diwajah mereka masing-masing.
"Hari ini dulu pernah kita jadikan hari perpisahan kan?" Ujar rega mencoba mengulang yang dulu.
Fela mengangguk, "Kita wujudkan?"
Senyum diwajahnya langsung hilang, berubah jadi wajah sebal, "Janganlah" Jawab rega buru-buru.
Fela tersenyum gembira, "Gue juga enggak mau lah, masak mau pisah dari suami tersayang."
Ucapan fela direspon senyum lebar oleh rega.
Setahun sudah mereka melanjutkan pernikahan semenjak fela putus dari Daniel, setahun itu pula fela mencoba untuk menumbuhkan rasa cintanya terhadap rega, dan sekarang rasa cinta nya sudah tumbuh besar dan akan abadi mungkin.
Tangan rega yang semula menggenggam tangan fela berubah menjadi merangkul fela dan menariknya kedalam pelukannya. Fela pun membalas dengan memeluk rega dengan erat.
"Lo pelukan nggak ingat tempat ya!"
Fela dan rega sama-sama melotot dan langsung melepaskan pelukan mereka, ketika mereka lihat, ternyata semua teman sekelasnya ada disana. Dari tadi.
Mereka tersenyum malu.
Iya, jadi dari tadi itu mereka ngerayain kelulusan diatap, dan saat yang lain sibuk coret-coret baju mereka malah berduaan.
"Serang woi!" Intruksi Monic.
Maksudnya serang disini, bukan Ibukota banten ya, tapi nyerang pake spidol sama cat semprot.
Habis dah baju putih sucih mereka ternodai oleh berbagai macam warna dan coretan.
Hari kelulusan seperti ini adalah hal yang paling menyenangkan. Apalagi perpisahan SMA. Karena mungkin ini adalah moment terakhir disekolah mereka dapat tertawa dan bahagia bersama. Karena selanjutnya, mereka pasti akan sudah berpencar, berkerja ataupun melanjutkan pendidikan mereka. Pastinya waktu untuk bersama seperti masa sekolah akan sangat sulit di dapat.
NIKAH MUDA
Ketika sampai di apartemen mereka, rega langsung membuka seragamnya yang sudah penuh coretan.
"Gila penuh banget, tanda tangan mereka pada jelek lagi! Kan malu mau dipajang" Oceh rega pada bajunya namun ucapannya tidaklah sungguh-sungguh.
Sementara fela, terdiam. Jelaslah, rega buka baju seragamnya, mana nggak pakai kaos lagi, kan keliatan badannya yang putih, mulus lagi. Fela menggeleng, "Jangan! Baru tamat! Nggak boleh!"
Daripada terus disana, fela langsung masuk kekamarnya, untuk mandi dan berganti pakaian.
Setelah mandi dan berganti pakaian dengan baju kaos putih lengan panjang dan sedikit kelonggaran serta celana jeans hitam fela pun keluar dari kamarnya, ia melihat rega yang sedang fokus pada handphonenya.
"Ga?"
"Hm"
"Lo nggak nanya lagi udah berapa persen?"
"Nggak ah, buat apa nanya kalau ujungnya gue kecewa"
"Tanya aja sekali ini berapa? Kali ini aja?"
"Yodah, udah berapa persen perasaan lo ke gue?"
"Masih sama kek yang kemaren"
Rega menoleh dengan wajah datar tapi tampak kesal, "Mau mati perawan?"
Fela tertawa mendengar pertanyaan rega, "Gue becanda kali ga, yodah gue jawab serius kali ini."
"Nggak usah, hati dedeq udah terlanjur sakit."
"Udah se..."
"Jangan dilanjutin, gue nggak mau dengar"
"Se.. "
Rega langsung berdiri sambil nutup kuping, "Jangan dilanjutin sukinem, beneran mau mati perawan?"
Fela menggeleng.
Dengan wajah kesal, rega pergi, ketika ia ingin membuka pintu kamarnya, fela bersuara.
"Udah full ga, udah 100 persen"
Rega kaget, ia yang tadinya ingin masuk tidak jadi, dan langsung berbalik melihat fela. "Coba ulangi!"
"Katanya tadi nggak mau dengar?" Goda fela.
Rega mendekat dan duduk disamping fela, "gue mau dengar."
Fela terdiam, lalu wajahnya berubah serius, "Gue udah 100 persen cinta sama lo."
Rega langsung kejang-kejang.
Karena bahagia.
Enggak deng.
Rega langsung meluk fela maksudnya.
"Makasi fela, love you"
"Love you"
__________________
Yesss udah 100 persen akhirnya. Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA [Completed]
Teen FictionHanya takut untuk mengatakan, karena belum siap dengan jawaban. - regata agantara Jika takut mencoba memperjuangkan, maka mantapkan hatimu untuk menerima resiko. - felata anandara Cover by: Bella krunia 027 --------------- Felata anandara Gadis SM...