20 - ungkapan yang jujur

22.3K 668 15
                                    


Sekarang sudah malam, jam menunjukkan pukul 07:30 malam. Dan saat ini rega dan fela sama-sama ada di balkon apartemen mereka, duduk bersebelahan dikursi rotan dan hanya dibatasi oleh sebuah meja kecil yang juga dari rotan hanya saja ada kaca diatasnya sebagai alas untuk menaruh barang, kopi contohnya. Rega dan fela menikmati hembusan angin malam sambil ditemani kopi.

Sudah 10 menit mereka lewatkan tanpa bicara, keduanya asik menikmati pemandangan kota jakarta yang sangat indah dengan dihiasi lampu-lampu dan terlihat makin indah saat malam hari. Akhirnya rega membuka suaranya duluan, "Gue masih ingat waktu kita sepakat buat jadi temen dan gak bakalan ribut-ribut lagi, janji gak bikin kesal satu sama lain. Tapi nyata belum ada sebulan janji itu kita buat, kita udah balik kayak pertama-tama dulu." Rega berbicara tanpa menoleh ke fela.

Tapi fela menoleh ke rega. "Iya. Gue inget, dan kita juga janji bakalan cuman jadi teman. Dan kita boleh dekat sama siapapun yang kita suka." Tambah fela, "Dan lo gak lupa kan?" Tanya fela dengan nada sewot.

Dengan muka datarnya, rega tidak berniat menjawab. Bukan karena ia lupa, tapi apakah ia bisa untuk tidak menepati janjinya. Rega rasa ada yang salah dengan jantung, otak, dan tentu hatinya baru-baru ini.

"Kok lo diem? Pokoknya lo harus inget, jangan sampai lo suka sama gue." Fela memandang kedepan dengan tangan ia lipat didada. "Dan lo juga jangan lupa, kalau gue gak akan pernah suka sama lo. GAK AKAN." Tambahnya. "Dan jangan pikir lo bisa suka sama gue." Fela menambahi lagi kali ini sambil menunjuk wajah rega dan dibumbui tatapan tajam.

Rega mengembungkan pipinya dan memajukan bibirnya, "Iya." Jawab rega dengan sangat tidak ikhlas dan minat.

Fela mengangguk, ia meraih gagang gelas kopinya lalu menyeruput kopi panas itu.

Sementara rega, wajah datarnya berubah jadi wajah memelas. Ia sedang memikirkan apa benar ia suka dengan fela. Bagaimana kalau benar ia suka. Padahal fela sudah bilang bahwa ia tak akan pernah suka dengan rega. Seperti nya fela adalah orang yang memegang teguh kata-katanya. Pemikirannya di tambah kuat, setelah mengingat bahwa fela saja sudah menyukai orang lain. Dan seperti nya jika rega benar menyukai fela, maka ia tak akan berhasil.

Fela berdiri, "Gue masuk duluan ya, dingin disini." Pamit fela, tanpa menunggu respon rega ia segera masuk.

Fela memperlambat langkahnya, ia melirik sekali kebelakang, ia melihat rega. Sebenarnya fela masuk bukan karena dingin, tapi ia sedang ingin berpikir. Berpikir kenapa dengan reaksi rega tadi saat mereka membahas hal-hal tadi. Dari raut wajah rega, seperti nya dia tidak setuju. Ntah tidak setuju dengan apa, fela ragu. Tapi sempat terlintas di otak fela, bahwa rega tidak setuju jika mereka boleh dekat dengan siapapun.

"Ah. Gak mungkin, cuman pikiran lo aja kali." Fela menghentikan pikirannya, lalu berniat masuk kedalam kamar, tapi saat fela memegang Handel pintu. Terbesit suatu hal dikepalanya. Ia menoleh ke rega, "Ga gimana kalau kita makan mi rebus, mumpung dingin-dingin gini." Teriaknya memberi usulan.

Samar-samar fela mendengar deh eman dari rega dan itu tandanya rega setuju. Fela beralih kedapur dan memasak dua bungkus mie. Setelah beberapa menit, mie pun siap, dan fela meletakkannya didalam mangkuk dan diberi telor ceplok diatasnya. Lalu membawanya keluar dengan sebuah nampan hitam.

"Nih," Fela menyerahkan semangkuk mie beserta sumpit ke rega dan untuk dirinya sendiri. Ia kembali duduk ditempat semula.

Sebelum fela memasukkan mie itu kedalam mulutnya, ia bersuara dulu. "Kayaknya kalau kita uda gak bersama, makan mi kayak gini bisa jadi hal yang gue rinduin."

Rega menghentikan kunyahan nya pada mie itu. Ia memikirkan hal yang sama. Dan ntah kenapa mendengar kata 'kita uda gak bersama' itu membuat rega agak sedih. Tapi itu tak menghilangkan nafsu makannya, ia tetap lanjut makan.

"Dan juga saat-saat gue berantem sama lo." Lanjut fela

Rega tidak menanggapi, dia lagi-lagi hanya diam sambil menikmati mienya. Walau sebenarnya rega menjawab dalam hati, "Gue bakalan rindu saat-saat makan mi sama lo dan juga rindu makan mi buatan lo."

Biasanya fela akan kesal jika ucapannya tidak dijawab rega tapi kali ini tidak. Fela tetap lanjut bicara tanpa memakan mie nya yang sudah mulai dingin itu. "Setahun lebih lagi kita tamat sma, dan sesuai ucapan gue waktu itu. Gue.." Fela menghentikan ucapannya. Malas ia lanjutkan.

"Soal minta pisah kalau udah tamat?" Tanya rega memastikan apa yang ia pikirkan. Fela mengangguk sebagai jawaban. Pandangan rega menurun, ia menatap mi dalam mangkuk yang masih tersisa setengah itu. Kenapa rasanya ada yang sakit dan rasa tak ingin jauh dari fela. "Emang lo niat banget pisah dari gue?" Lagi-lagi fela mengangguk. "Pasti lo gak nyaman banget ya tinggal sama gue, dan pasti lo menderita. Sampai segitunya."

Fela menatap rega dengan sendu, ucapan rega barusan terasa sangat dalam dan fela mendengar nada sedih dalam ucapannya. "Gue nyaman kok sama lo dan gue gak menderita, gue bahagia." Ucap fela sambil tersenyum, tentunya senyuman itu tidak dapat dilihat rega yang masih sedang menunduk.

Fela berusaha mengubah suasana, ia tersenyum lebar. "Rega" Panggilnya dengan semangat. Setelah rega menoleh, ia melanjutkan kata-katanya, "Kita bodoh ya, kita masih punya satu tahun lebih buat bersama. Kita bisa gunakan waktu itu buat senang-senang, biar kalau kita gak bersama lagi, kenangan kita nambah, bukan cuman tentang mi aja." Ujar fela dengan raut bahagia, berharap rega juga akan bahagia.

Rega berpikir sejenak, lalu tersenyum. Sesuai harapan fela, "Iya ya. Kita masih punya banyak waktu buat main. Buat kita bisa kenal satu sama lain lebih lama lagi."

Fela mengangguk. "Kali ini kita harus nempatin janji kita. Gak boleh plin-plan kayak anak SD. Jangan buat ribut, ya jangan. Jangan saling kesel keselan. Jangan saling marah-marah. Gimana?"

Tanpa berpikir rega mengangguk. Dan memberikan senyumannya yang paling tulus dan manis.

                       NIKAH MUDA

Dret. Dret. Dret.

Fela menggapai jam weker yang berdering dari tadi dan cukup kuat dimeja sebelah kanan tempat tidurnya. Dengan posisi tidur telungkup dan matanya masih belum terbuka sempurna ia mencoba untuk melihat jam berapa sekarang.

Jam 06:50!

Jam berapa masuk?

Jam 07:00!

Berarti berapa menit lagi sekolah?

10 menit!

Fela kaget dan langsung duduk, sepuluh menit lagi masuk dan ia masih di tempat tidurnya. Fela me ngacak-ngacak rambut nya. Kenapa bisa ia sampai tidak terbangun, kenapa. Biasanya fela selalu bangun tepat waktu.

Sedetik kemudian, mata fela menyipit ia ingat bahwa tadi malam ia dan rega ngobrol sampai larut malam, di balkon yang udaranya dingin sampai-sampai ia dibuat masuk angin. Dan sekarang ia dibuat telat bangun. Oke fix, ini semua salah rega.

"Re..." Teriakan fela terhenti, ia ingat sesuatu.

"Kali ini kita harus nempatin janji kita. Gak boleh plin-plan kayak anak SD. Jangan buat ribut, ya jangan. Jangan saling kesel keselan. Jangan saling marah-marah. Gimana?"

"Gue sendiri ya yang bilang?" Fela jadi nyesal karena dia sendiri yang bilang seperti itu. Sekaligus  Ia bingung pada dirinya, memangnya ia tadi malam kenapa sampai bisa-bisanya ngomong seperti itu, dan imbasnya kedia juga kan, jadi gak bisa marah-marah kan. Pasti rega akan mengambil keuntungan. Ia pasti akan membuat sebal, dan fela tak akan bisa marah. Kesambet setan mana fela tadi malam.

Ah iya. Jika rega bisa melakukannya, maka ia juga bisa kan. Fela tersenyum licik.

Inilah yang dinamakan plin-plan nya anak SMA.

    

TBC.

Hola. Author update lagi nih karena beberapa hari kemarin gak update, makanya author update 2 chapter sekaligus, hehe.

Jangan lupa vote dan komennya.

NIKAH MUDA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang