38 - Mie rebus

15.4K 556 45
                                    

Tidak ada mendung ataupun tanda-tanda hujan sebelumnya, tapi hujan turun begitu deras sekarang. Turun dari langit dan akhirnya jatuh ketanah menimbulkan bau-bau yang khas. Dan hujan juga dapat membuat hati damai, sehingga tidur pun menjadi nyenyak, mungkin itu alasan dari beberapa orang yang sangat menyukai tidur saat hujan.
Dan hal itu sekarang dirasakan oleh rega, rega sempat terbangun sebentar karena terkejut dengan hujan yang tiba tiba ini.

Namun ia malah tersenyum sambil menarik selimut hingga menutup sampai kelehernya. Sebelum rega tidur kembali, ia melihat keluar. Gorden jendela kamarnya ia sibak, menampilkan pemandangan hujan dari balik kaca putih itu. Hati rega begitu damai melihat dedaunan hijau yang dihinggapi rintikan air.

Namun kedamaian rega itu tak bertahan lama, sebab seseorang menarik selimut nya hingga ia hampir terpental. Dan saat itu terjadi, ia langsung teringat dengan kejadian pagi kemarin, saat ia menarik selimut fela. Namun, pikirannya tak dibiarkan lama oleh orang yang menganggunya. Karena orang yang tadi menarik selimutnya langsung mengomel.

"Jelasin sama mama. Ngapain kamu malah nginep disini?!"

Dengan mata yang sayu, rega menatap mamanya. Rega menghembuskan nafas nya dengan kasar, pertanyaan ini yang ia berusaha hindari tadi malam saat ia datang, rega memang datang kerumah orang tuanya malam tadi. Karena rega segan untuk pulang karena ia sudah memarahi fela. Jadi ia memutuskan untuk pulang kerumah orang tuanya saja

"Rega jawab nanti deh mah, rega mau lanjut tidur." Ujar rega berusaha bernegosiasi dan bersiap untuk berbaring kembali.

Mamanya melayangkan tatapan galak, "Gak ada nanti-nanti. Bilang sama mama, dasar anak nakal!" Ujar mama rega sambil menarik telinga rega hingga membuat rega meringis kesakitan.

"Ah ah, mamaaa"

"Makanya jawab. Ngapain kamu kesini terus ninggalin fela sendirian disana?!"

"Ngomong gak usah pake urat napa mah?"

"Yaudah cabut aja ni urat nadi mama sekalian!" Mama rega menjulurkan tangannya kerega.

Rega berdecak, "Bukan itu mah."

"Terus apa?! Katanya tadi jangan ngomong pakai urat?"

"Gak enak ah ma, didenger tetangga."

"Tetangga mana? Sebelah kanan itu duda, pagi jam tujuh dia udah berangkat kerja, yang kiri janda dia juga pergi ngantar anak kesekolah!"

Rega melotot antusias, "Yang sebelah udah janda mah?"

"Udah!"

"Perasaan kemarin pas rega masih disini, suaminya masih ada?"

"Cerai dua minggu yang lalu, suaminya selingkuh."

"Sama siapa mah?"

"Mana mama tau." Jawab mama rega dengan sebal, lalu wajah mama rega berubah seperti tersadar akan sesuatu, "Ngapain kita ngomongin janda? Kamu mau jadi janda juga?!"

"Heh? Kok janda?!" Rega berdiri diatas tempat tidur, "Sadar dong mah, aku itu cowok!"

Mama rega berdecak sinis, "Kamu cowok. Tapi kelakuan kamu kayak gadis perawan yang minggat dari rumah karena suaminya gak mau ngasih jatah!"

"Mana ada gadis perawan kalau udah ada suami! Lagian pula, Aku cowok!"

"Mama gak bilang kamu cewek."

"Tadi?"

"Kapan?"

Rega memandang kearah lain sebentar, "Susah memang kalau ngomong sama yang namanya perempuan. Yang namanya bangsa laki-laki itu selalu salah!"

NIKAH MUDA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang