Fela masuk kedalam apartemennya setelah mengantarkan daniel ke lobby tadi dengan perasaan agak takut dan bingung. Bingung harus bagaimana nanti saat bertemu dengan ratna. Apa yang harus ia katakan pada ratna nanti. Jujur ia merasa sedikit tidak enak dan bersalah atas jawabannya beberapa saat lalu."Benar, mah. Fela sama rega engga saling cinta, bahkan kami berencana pisah saat kelulusan nanti."
Fela menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya lagi. Ia memantapkan diri untuk bertemu ratna. Bagaimanapun juga ia harus menghadapinya, benar apa kata daniel semua ini pasti akan terjadi juga. Kapan itu terjadi bukanlah masalah yang penting ia harus menghadapinya.
Fela berjalan masuk dengan pelan-pelan, ia dapat melihat rega yang sedang duduk disofa dengan raut wajah lelah atau sedang memikirkan sesuatu. Fela paham. Fela berjalan mendekat, lalu ikut duduk disamping rega, ia melihat rega dengan pandangan hati-hati.
Rega melirik fela yang barusan duduk disampingnya dengan tatapan biasa hanya sebentar karena setelah itu ia memalingkan tatapannya, bukan karena tidak suka, ia hanya malas menatap wajah itu lama-lama. Ia sedang bimbang sekarang.
Karena rega tidak bersuara. Fela juga merasa bahwa sekarang ialah yang seharusnya bersuara duluan. "Mama ... Mana, ga?" tanya fela hati-hati.
Rega menunjuk pintu kamarnya dengan dagu. Itu artinya mamanya ada didalam kamar itu. Fela mengikuti arah tunjuk rega, lalu melihat kerega kembali. "Mama marah banget ya?"
"Pikir aja sendiri." Ketus rega.
"Tapikan bukan salah gue juga? Lo juga salah? Kenapa marahnya cuma sama gue doang?" tanya fela dengan nada sedikit tidak terima walau sebisa mungkin ia tahan.
Rega menoleh kefela, "Lo pikir nyokap gue cuman sayang anaknya? Ia juga marah besar sama gue."
Fela hanya ber-o-ria mendengar jawaban dari rega sambil mengangguk dua kali dengan perlahan. Lalu wajahnya kembali terlihat penasaran, ia menaikkan sebelah alisnya sebelum bertanya, "Nyokap lo bilang apa?"
"Dia nyuruh lo milih antara gue sama daniel."
Fela melotot. "Seriusan?"
"Apa gue perlu becanda disaat situasi kayak gini?" tanya rega ketus.
Fela memajukan bibirnya karena sedang kesal dengan jawaban atau mungkin bisa dibilang pertanyaan rega barusan. "Kan gue nanya baik-baik."
"Kalau semisalnya gue milih lo, apa yang bakalan terjadi?"
"Emang lo bakalan milih gue?"
Fela menggeleng.
"Rega sabar ya. Rega kan ganteng." Ucap rega dalam hati sekedar untuk menenangkan dirinya sendiri. Karena jika bukan ia yang menenangkan dirinya, siapa lagi? Fela? Tidak mungkin itu akan kejadian pemirsa.
"Kalau lo milih daniel. Mama gue nyuruh kita cepat-cepat pisah. Dia engga mau anaknya diselingkuhi."
"Anaknya aja engga apa-apa, kok." Sahut fela dengan ekspresi wajah cemberut.
Pandangan kesal rega pada fela berubah sendu. "Kapan gue pernah bilang engga apa-apa?"
Fela terlihat berpikir sebentar. "Engga pernah seingat gue." Jawabnya santai, "Emangnya lo bakalan sakit hati atau gimana? Kan lo udah engga suka lagi sama gue." Ujar fela terlihat seperti memancing rega.
Rega memutar bola matanya malas. "Pengen gue jawab, hati gue retak kayak es batu dipecahin pake batu pas liat lo sama daniel."
"Ko diam?"
Rega menggeleng. "Gapapa. Tapi apa yang lo bilang barusan benar. Gue aja engga pa-pa diselingkuhin, gue udah ikhlas. Lagian lo dapat dosa gue dapat pahala." Ujar rega, dan kalimat terakhir nya bermaksud untuk mencairkan suasana saja. Setelah itu, lantas ia segera berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA [Completed]
Ficção AdolescenteHanya takut untuk mengatakan, karena belum siap dengan jawaban. - regata agantara Jika takut mencoba memperjuangkan, maka mantapkan hatimu untuk menerima resiko. - felata anandara Cover by: Bella krunia 027 --------------- Felata anandara Gadis SM...