Masih fokus menatap mata satu sama lain, tanpa mereka sadari mereka sudah kuyup karena hujan. Setelah tiga puluh detik diguyur hujan mereka baru sadar. "Kapan hujannya?" Tanya fela panik lalu berusaha menutupi kepalanya dengan tangan.
Rega menggeleng. Lalu rega meraih tangan fela dan membawanya berlari ketepian lapangan untuk meneduhkan diri. Mereka berdiri samping-sampingan, rega terlihat sedang mengibaskan-ngibaskan rambutnya yang basah lalu menyisir nya dengan jari tangan kebelakang.
Lalu fela, ia sedang memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya. Ia tampak kedinginan, sesekali ia merinding saat angin menerpa kulitnya.
Rega sudah selesai dengan aktivitas nya tadi lantas menyampingkan tubuhnya untuk menatap fela, "Kedinginan?"
"Iya."
"Tapi kita gak bisa balik, masih hujan. Nanti malah tambah kuyup terus sakit lagi."
"Iya." Fela menjawab tanpa menoleh, ia masih kedinginan. Lalu tangannya ia turunkan, ia memegangi ujung seragam putih nya.
Rega menatap fela intens, rega menyadari jika dalam keadaan basah fela dua kali lebih cantik. Dengan rambut fela yang basah, walau hanya itu. Tapi mampu menghipnotis rega. Perlahan rega mendekat ke fela, tanpa permisi ia memeluk fela dari samping.
Fela tentu terkejut dengan pelukan rega yang tiba-tiba, ia menoleh ke rega. Seperti beberapa menit yang lalu, wajah mereka sekarang berdekatan. Dengan ragu fela bertanya, "Ngapain meluk gue?"
Rega tersenyum. "Biar lo gak kedinginan."
Fela sebenarnya ingin melepaskan pelukan rega. Tapi ntah kenapa ada sebagian tubuh fela yang menolak, hati nya mungkin. Fela merasakan kenyamanan dan kehangatan dari pelukan rega. Walau sama-sama dalam keadaan basah tapi ntah kenapa fela merasakan kehangatan itu. Fela mengalihkan pandangannya ke depan, matanya bergerak tak jelas. Ia canggung sekaligus gugup dengan keadaan sekarang. Ingin lepas tapi tak ingin lepas. Fela benar-benar gila sekarang.
Sementara rega, ia masih tersenyum memandangi bagian wajah fela dari samping. Semenjak ia sadar bahwa ia menyukai fela, ntah kenapa setiap bagian wajah fela terlihat cantik dimatanya. Dan jangan lupakan jantung rega yang masih dugem, rega tak peduli jika fela mengetahui jantungnya yang tak karuan itu. Ia ingin fela tahu bahwa rega menyukainya. Biarlah fela tahu, toh harga dirinya yang setipis tisu yang di belah dua itu tak akan hancur jika fela tahu ia menyukai dirinya, bukan?
Setelah otak fela bergelut dengan hati, agar hatinya mau melepaskan pelukan rega. Fela memegang tangan kanan rega lalu menjauhkan dari perutnya. Lalu rega pun menjauhkan tangan kirinya yang berada dibelakang fela.
Fela mendongak melihat rega, "Udah anget kok gue."
Rega mengangguk. "Oke. Maaf udah lancang meluk tanpa izin."
Fela tidak menjawab, sebenarnya fela ingin menjawab 'Gak papa' cuman fela takut harga dirinya runtuh karena bolehin rega buat meluk dia. Jadi fela lebih memilih untuk tidak menjawab.
"Coba ke kantin yuk, mana tahu ada kantin yang belum tutup. Kita bisa minum teh anget." Ajak rega
"Boleh deh. Mudah-mudahan masih ada yang buka yah."
Mereka berdua akhirnya berjalan melewati koridor, menuju kantin diujung sana. Biasanya kalau jam segini, apalagi pulang belum terlalu lama masih ada kantin yang sedang berbenah. Dan semoga saja kantin-kantin itu belum siap berbenah.
Dan rega dan fela bersyukur, kantin milik bude asri yang juga sering mereka datangi belum tutup, masih ada bude asri yang tampak sedang mengemas beberapa barang dagangannya. Lalu saat sadar rega dan fela masuk, ia langsung menyapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA [Completed]
Teen FictionHanya takut untuk mengatakan, karena belum siap dengan jawaban. - regata agantara Jika takut mencoba memperjuangkan, maka mantapkan hatimu untuk menerima resiko. - felata anandara Cover by: Bella krunia 027 --------------- Felata anandara Gadis SM...