Fela memandang rega dari atas bersama Daniel, rega bersama ketiga temannya tadi harus menyapu lapangan, buk Rosa tidak peduli fakta bahwa kaki rega cedera, karena menurutnya menyapu lapangan bukanlah pekerjaan yang besar ditambah hari ini sama sekali tidak panas, melainkan mendung dan cedera dikaki rega juga tidak parah. Rega menjadi tontonan fela dan Daniel dari koridor atas, fela tertawa melihat penderitaan rega, rasanya ia puas. Karena kurang lebih seminggu ini ia harus rela merawat rega yang katanya sakit itu."Mendung nih kak, kayaknya mau hujan." Ujar fela sembari melihat keatas langit yang awannya lumayan hitam.
Daniel melihat keatas juga, "Mendung belum tentu hujan, fel." Jawabnya dengan mata masih memandangi langit.
Pandangan fela beralih dari langit ke Daniel, ia harus mendongak untuk bisa melihat Daniel karena tinggi daniel melebihi dirinya. Fela dapat melihat sorot mata Daniel berbeda dari biasanya saat ia melihat langit. "Iya sih, mendung belum tentu hujan." Fela menanggapi. "Sama kayak pacaran, belum tentu juga nikah." Lanjutnya berniat bercanda.
Tapi Daniel tidak merespon apapun, tatapan nya masih sama. Fela jadi merasa ada yang aneh dengan daniel. Apa Daniel ada masalah dengan mendung? Sebenarnya fela ingin bertanya, tapi tidak berani. Jadi fela memilih diam, menyimpan pertanyaan yang ingin ia lontarkan.
Daniel mencondongkan badannya, jari-jari tangannya ia satukan, lalu ia meletakkannya dibesi pembatas. Matanya menatap kebawah. "Kakak mau tanya?"
Fela menoleh, "Tanya aja kak."
Daniel berpikir sebentar, ia menimang pertanyaan yang akan ia tanyakan pada fela. Dan fela masih menunggu apa pertanyaan yang akan Daniel berikan, dari ekspresi Daniel fela dapat menyimpulkan bahwa daniel terlihat ragu dan bingung. Pada akhirnya Daniel menggelengkan kepalanya. "Gak jadi."
"Kenapa?"
Daniel menghadap fela, lalu berdiri tegap dan fela juga menghadap Daniel dan dengan kepala mendongak tentunya. "Nanti aja. Kakak lupa kalau ada janji sama teman. Kakak pergi ya." Pamit Daniel.
"Kakak gak ada jadwal ngawas?" Tanya fela sebelum Daniel melangkah pergi. Dan dijawab Daniel dengan gelengan kepala.
"Yaudah. Hati-hati dijalan kak, dan jangan lupa bawak payung, nanti hujan." Ujar fela memperingati, "Fela gak mau, pacar fela sakit karena kehujanan." Fela terlihat malu-malu mengucapkannya.
Dan Daniel melihat ekpresi fela yang terlihat malu-malu hanya ikut tersenyum lalu mengacak puncak kepala fela. Untung disini sepi. Jika tidak pasti semua perempuan akan baper dan pasti ingin berada di posisi fela.
"Iya. Kaka pergi dulu." Setelah itu Daniel benar-benar pergi.
Fela tidak mau menoleh untuk melihat punggung Daniel, ia sekarang sedang bahagia. Ia sibuk mengontrol senyum nya yang tidak mau berhenti. Tapi lagi-lagi suasana hati fela yang sedang berbunga-bunga dihancurkan oleh orang yang sama, siapa lagi jika bukan si bangsat rega. Mungkin sudah halal hukumnya jika fela membunuh rega saat ini.
"WOI! KALAU UDA SIAP ACARA PACAR-PACARAN YANG HANYA MENAMBAH DOSA ITU, MENDING LO BANTU LAKI LO BIAR PAHALA LO YANG NAMBAH."
Fela benar-benar ingin membunuh rega saat ini. Seenaknya saja dia berteriak menyebutkan bahwa ia laki fela. Rega semenjak kecelakaan dan kepala nya kebentur stir tambah parah gilanya. Fela cepat-cepat kebawah, ia ingin meluruskan kata-kata rega barusan kepada tiga teman laki-lakinya yang juga ada disana.
"Cie beneran mau bantuin." Goda rega.
Fela menatap rega tajam, lalu pandangan nya beralih ketiga teman laki-lakinya, Ito, Heru dan Gio yang menatap fela dan rega keheranan. "Kalian jangan salah paham. Kalian kan tau rega abis kebentur stir palanya, jadi agak ke geser otaknya. Makanya ucapan nya ngacok." Ujar fela mencoba menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA [Completed]
Teen FictionHanya takut untuk mengatakan, karena belum siap dengan jawaban. - regata agantara Jika takut mencoba memperjuangkan, maka mantapkan hatimu untuk menerima resiko. - felata anandara Cover by: Bella krunia 027 --------------- Felata anandara Gadis SM...