Rega menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah, tapi itu bukanlah rumah yang ia tuju. Sebab rumah yang ia tuju adalah rumah kedua orang tuanya, yang berada beberapa meter lagi. Tapi Rega sudah memberhentikan mobilnya saja.Fela menoleh, "Belum sampai, ga. Jangan bilang lo lupa rumah orang tua lo?"
Rega menoleh juga, "Beneran bilangnya sekarang?" tanya rega memastikan, ia menunggu dengan cemas jawaban fela.
Fela menurunkan pandangannya lalu mengangguk dengan pasti. "Mama lo juga pasti akan nanya."
Rega merubah posisi badannya menghadap fela, ia menaruh harapan lagi dimatanya, "Lo kan bisa bohong kalau lo engga milih siapa-siapa, kita bisa terus sama-sama sampe lulus."
Fela tersenyum, "Kemarin kita uda omongin ini kan? Lebih cepat lebih baik. Kenapa sekarang berubah lagi?" tanya fela dengan lembut.
Rega baru ingat. Ia lupa tadi. Ia sudah bilang juga kalau lebih cepat itu lebih baik. Ah gara-gara sakit hati dia jadi pelupa begini. Rega berdehem lalu merubah posisinya lagi kedepan, ia sudah pasrah. Rega kembali menjalankan mobilnya dengan lesu. Sampai akhirnya ia berhenti didepan rumah minimalis berwarna abu-abu milik orang tuanya yang kalau mereka meninggal menjadi milik Rega. Hehe. Masih lama -_
Rega memandang fela sekali lagi seakan ingin memastikan, fela tersenyum lalu keluar setelah melepas sabuk pengamannya. Rega menghela nafas pasrah. Ia ikut keluar dan berjalan dibelakang fela dengan langkah kaki berat. Saat ini yang ia harapkan hanya satu, yaitu orang tuanya sedang keluar lama sekali dan tidak pulang hingga malam atau hingga ia dan fela pergi dari sini. Semoga saja permintaan Rega kali ini dikabulkan.
Rega melihat bagasi, ia melotot melihat mobil papanya tidak ada. Ia menjadi seperti memiliki harapan kecil bahwa ayahnya sedang pergi dengan mamanya. Rega menampung tangannya didada dengan kepala mendongak keatas, "Ya Allah, mohon buat mama papa tidak ada dirumah. Rega mohon Ya Allah, kalau seandainya Allah nggak ngabulin permintaan yang satu ini, Rega minta permintaan yang lebih besar, yaitu Rega sama fela engga jadi cerainya. Amin."
Harapannya bertambah besar saat fela yang memencet bel dan mengucapkan salam tidak mendapat respon dari dalam. Rega kembali berdoa. Sambil menutup matanya. Ia berdoa dengan kusyuk. "Amin."
"Kenapa kalian kesini?"
Rega yang masih menutup matanya dengan kedua tangan melotot, ia segera melepaskan tangannya dari wajah, ia melotot lagi seketika ketika mamanya keluar dari tembok samping dengan memakai sarung tangan dan membawa pemotong rumput sepertinya dari taman kecil disamping.
"Mama ada dirumah?!" Tanya Rega setengah berteriak
"Ada lah! Terus yang berdiri ini siapa? Kembaran mama?!" Jawab Ratna tak kalah nyaring juga suaranya.
Rega mendengus, "Berarti Allah harus ngabulin permintaan Rega yang minta supaya enggak cerai sama fela. Rega enggak mau cerai sama fela." Ujarnya dalam hati sambil melihat keatas.
Ratna melihat Rega dengan aneh, lalu ikut melihat keatas, ia penasaran dengan apa yang Rega lihat. "Kamu liat apa diatas? Kamu nyari mama diatas?"
"Hah?" Rega melihat ke mamanya, lalu menggeleng, "Enggak kok. Emangnya mama burung bisa terbang?" tanya Rega, "Punya aja enggak." Lanjutnya pelan namun mampu terdengar oleh Ratna dan fela.
Ratna melotot, "Kamu kalau ngomong yang sopan! Mau mama potong?!" Kata Ratna sambil berpura-pura mengarahkan pemotong rumput itu ke tengah paha Rega. Bagian itu loh. Area viral, eh vital.
"Heist." Rega mengesampingkan badan nya, agar area vitalnya tidak mengarah pada pemotong rumput itu. "Mama apaan sih? Nanti engga punya cucu lo."
Mamanya tidak lagi menjawab, ia malas meladeni anaknya yang itu. Sayangnya anaknya ya cuman itu. Ia menoleh ke fela, "Kamu, ada perlu apa kemari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA [Completed]
Teen FictionHanya takut untuk mengatakan, karena belum siap dengan jawaban. - regata agantara Jika takut mencoba memperjuangkan, maka mantapkan hatimu untuk menerima resiko. - felata anandara Cover by: Bella krunia 027 --------------- Felata anandara Gadis SM...