Rega perlahan membuka pintu kamarnya, dengan hati-hati ia menarik pintu itu hingga terbuka sedikit. Pertama rega mengeluarkan kepalanya, lalu melihat kekanan-kiri untuk mengecek keadaan, saat ia rasa sudah aman dan tidak ada tanda-tanda keberadaan fela, rega segera keluar dengan lega namun ia masih tetap harus hati-hati agar tidak menimbulkan bunyi yang mungkin dapat membangunkan fela.Jam yang tergantung dinding sudah menunjukkan pukul 23:45. Rega dengan terpaksa harus mau keluar malam seperti ini agar tidak bertemu dengan fela. Ia masih malu. Dengan memakai celana training hitam serta hoodie hitam juga rega berjalan dengan sangat hati-hati dan perlahan menuju pintu. Ia ingin keluar untuk mencari makanan. Perutnya sudah lapar dari tadi.
Rega membuka pintu apartemennya dengan hati-hati juga, lalu keluar dan menutupnya. Rega bersyukur dan bernafas lega saat sudah berada diluar. Serasa lepas dari kandang singa tanpa ketahuan dan lecet sedikitpun. Rega berbalik hendak pergi namun rega dibuat kaget setengah mati dengan apa yang ia lihat.
"Mau kemana rega?"
Rega menulan ludah, rasanya percuma mengendap-ngendap agar tidak ketahuan, karena walaupun ia lompat-lompat pun, fela tidak akan tahu. Sebab fela ada diluar dan sekarang ada dihadapannya. Sedang menatapnya dengan penuh senyum dan tangannya menjulurkan kantong kresek putih.
"Gue bawain lo mie ayam, nih." Fela menggerakkan tangannya menyuruh rega menyambut itu.
Rega menghembuskan nafas, berusaha untuk tetap tenang. Ia menerima uluran fela. "Ma-makasi." Ujarnya gagap.
Fela tersenyum, senyum mengejek tepatnya. "Mau kemana malam-malam begini?"
"Nyari angin." Jawab rega dusta, karena sesungguhnya ia ingin mencari makanan.
Fela mengangguk, "Makan dulu gih, ntar mie nyak dingin. Enggak enak."
Rega mengangguk, "Makasi." Rega buru-buru masuk lagi, disusul fela dibelakangnya.
Rega duduk disofa biasa, lalu mengeluarkan mie ayam itu dari bungkusnya dan langsung memakannya dengan lahap, sebenarnya rega juga ingin mengalihkan pandangan dari fela yang sekarang ada didepannya.
Fela yang duduk didepannya terus saja memperhatikan rega makan dengan seksama. Entah apa yang sedang ada dalam pikiran fela, namun ia melihat rega dengan intens. Fela tidak terlalu memikirkan tentang perasaan rega pada dirinya. Karena menurutnya perasaan rega hanya perasaan biasa dan itu bisa hilang dengan berjalannya waktu. Lagi pula ia sudah mengatakan berulang kali bahwa ia tidak akan menyukai rega dan juga melarang rega untuk menyukainya dan jika sekarang rega menyukainya, maka itu masalah rega dan rega sendiri yang harus menyelesaikannya.
Fela masih tetap pada pendiriannya, bahwa ingin bercerai saat perpisahan SMA. Fela memiringkan kepalanya sedikit kekanan, "Apa gue bilang sekali lagi?" Ujarnya dalam hati.
Rega menyelesaikan makannya, dan meminum minumannya. Lalu melihat ke fela. Rega agak risih dilihat seperti itu oleh fela. "Apa? Ngeliatin gue gitu amat?"
Fela meluruskan kepalanya, "Soal perasaan lo..."
"Ah jangan dipikirin, itu kertas udah lama sebelum lo pacaran, gue juga udah ngehapus perasaan gue. Gue udah gak suka lagi sama lo." Rega dengan cepat memotong ucapannya fela, dan tentunya ucapannya rega adalah dusta. Sebab pertama, ia masih menyukai fela, kedua, kertas itu ia tulis belum lama, mungkin seminggu yang lalu.
"Beneran?" Tanya fela memastikan sekali lagi.
Rega mengangguk, "Iya, tenang aja. Gue juga udah mutusin buat jadi teman lo aja," Rega tidak mau membebani fela dengan perasaan dirinya, walaupun fela nyatanya sama sekali tidak terbebani.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA [Completed]
Teen FictionHanya takut untuk mengatakan, karena belum siap dengan jawaban. - regata agantara Jika takut mencoba memperjuangkan, maka mantapkan hatimu untuk menerima resiko. - felata anandara Cover by: Bella krunia 027 --------------- Felata anandara Gadis SM...