BMG 🌠 04

3.7K 191 0
                                    

~Happy Reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Happy Reading~

Apa tadi Sheira salah dengar? Delvin baru saja menembaknya, dengan nada sedikit memaksa. "Apa lo bilang?!" tanyanya memastikan.

"Jadi pacar gue. Lo budek apa gimana ya?" Delvin berbicara datar.

Untuk kesekian kalinya, Sheira kembali membelakkan kedua matanya tidak percaya. Benar-benar tidak percaya apa yang dikatakan oleh Delvin padanya. Bagaimana mungkin dia menyuruh Sheira jadi pacarnya, sedangkan ini adalah pertemuan pertama mereka. Berbagai pertanyaan pun berliaran di otak gadis itu.

"Lo gila ya? Kenapa lo nyuruh gue jadi pacar lo! Ogah banget sumpah." well, Sheira menolaknya mentah-mentah, ah sebenarnya Sheira hanya berambisi bahwa Delvin akan main-main saja. Jadi tidak ada salahnya juga ia tolak.

"Gue 100% waras. Bahkan lebih waras dari lo. Gak ada penolakan! Kalo nolak lo harus jalanin hukuman tadi," ujarnya seraya mengedikkan bahu tak peduli.

Tanpa berpikir panjang, dilihat dari ekspresinya saja sepertinya Sheira akan memilih opsi kedua. Entah apa alasannya, yang jelas dia tipe orang yang tak bisa sembarang menerima orang. Terlebih lagi baru kali ini dia bertemu dengan orang bernama Delvin itu. "Daripada gue pilih opsi pertama. Mending juga gue pilih opsi kedua aja! Tapi kalo gue kenapa-napa, lo harus tanggung jawab! Bye." Sheira menatapnya geram.

Dalam hatinya, Sheira sedari dari terus mengumpat dengan sumpah serapahnya pada Delvin. Menurutnya ini adalah hari terburuk atau mungkin mimpi buruk baginya.

Jadi orang kok seenaknya sih?! Gue santet online tau rasa cih! Ada gitu ya orang macem dia di dunia ini? Bikin gue harus banyakin istigfar tiap hari.

"Ngapain masih diem di depan gue? Mau ganti opsi?" tanya laki-laki itu dengan sebelah alis terangkat. "udah bilang 'bye' tapi masih anteng natap gue gitu? gue tau kok kalo gue ganteng."

Tingkat ke Pedeannya itu sangatlah tinggi ternyata melebihi apapun. Padahal Sheira menatapnya dengan tatapan seakan-akan ingin memangsanya saat itu juga, dan dengan PDnya Delvin malah menganggap tatapan itu mengagumi ketampanannya. Tentu saja salah besar dimata seorang Sheira.

"PDnya tolong kurangin. Tenang aja, gue bakal lari sekarang."

Langsung saja Sheira menyimpan tasnya dipinggir lapangan dan kemudian berlari mengelilingi lapangan sebanyak 20 putaran seperti yang Delvin perintahkan.

Sedangkan Delvin, dia hanya diam memperhatikan Sheira seraya memangku kedua tangannya di atas dada.

***

Seorang laki-laki berseragam putih abu-abu dengan balutan almamater osisnya terlihat sedang berlari gusar menuju ke ruangan 6, dimana ruangan itu salah satu tempat di adakannya MPLS.

Sesampainya di pintu ruangan, laki-laki itu segera berbicara pada anggota osis yang berjaga.

"Put, gue minta ijin buat bertemu Nafa sebentar?"

Osis bernama Putri itu pun menoleh. Ternyata yang baru saja berbicara padanya adalah si ketua sekbid 3.

"Oh lo ka, gue kira siapa. Nafa? Siapa? Gue baru denger namanya."

"Anak kelas 10. Namanya Sanafa Adzrellia."

"Oke, tunggu bentar."

Osis itu pun memanggil nama Nafa. "Ada yang namanya Sanafa Adzrellia?"

Nafa yang sedang main handphone di tempat duduk belakang pun langsung mengacungkan tangannya ketika mendengar namanya terpanggil seraya celingak-celinguk kebingungan.

"Iya, saya Sanafa Adzrellia. Ada apa ya kak?"

"Kamu keluar dulu sebentar, ada yang nyariin."

Nafa pun memasukkan handphonenya ke dalam saku dan kemudian berjalan keluar dari ruangan.

"Loh, Arka? Mau ngapain?"

Ya, dia Arka Darielle Ferdinand. Sahabat sedari kecil Nafa dan Sheira yang notabenya adalah kakak kelas mereka saat ini. Lebih tepatnya anak dari Erza dan Fara hhe yg bca MSBB psti tau:v

"Sheira mana?" tanya Arka sembari celingak-celinguk mencari keberadaan Sheira, barangkali dia ada di sekitar Nafa. Namun nihil, Sheira tidak ada.

Arka memang tidak mengetahui jika Sheira sedang berhadapan dengan si ketua osis karena tadi pagi dia sibuk bolak balik ruang guru. Tugasnya sebagai anggota osis saat ini sangatlah padat.

"Tadi sih dia kesiangan. Terus gak tau deh tadi dia di tahan sama kak Delvin di lapangan. Emangnya kenapa ka?"

"Aduh. Itu masalahnya dari tadi tante Aqila nelfon gue terus. Dia khawatir Sheira kenapa-napa, soalnya tadi dia belum sarapan. Takutnya maag sama asmanya kambuh Naf. Dan dia lupa bawa obat."

Kenapa Nafa sampai bisa lupa hal itu. Seharusnya dia tadi jangan membiarkan Sheira sendiri. Apalagi sekarang pasti dia sedang dihukum. Sudahlah, saat ini Nafa jelas khawatir, begitu pun Arka.

"Ya udah. Kita ke lapang sekarang."

***

Baru saja 5 putaran, napas Sheira sudah mulai tidak teratur. Ditambah dengan teriknya matahari saat ini yang membuat keringat dingin bercucuran di wajahnya.

"Baru aja 5 puteran udah mau tepar lo? Masih ada 15 puteran lagi!" teriak Delvin dari pinggir lapangan.

Sheira menatap sinis laki-laki menyebalkan itu. "Bacot amat dah."

Ah sungguh, rasanya Sheira sangat ingin rebahan saat itu juga mengingat kakinya yang sudah terbilang lemas. Pengennya sih dia angkat tangan kalau yang memberi hukuman bukan si ketua osis menyebalkan.

Tak lama kemudian, penglihatan gadis berambut coklat itu mulai mengabur. Sesak yang tertahan di dadanya membuat larinya terhenti seketika, tak hanya itu, perutnya juga terasa sangat sakit mengingat dia yang punya penyakit maag dan asma.

Melihat Sheira yang sepertinya dalam keadaan tidak baik-baik saja, dengan segera Delvin pun berlari menghampirinya khawatir.

Sudah tidak tahan lagi, Sheira pun akhirnya pingsan. Untung saja Delvin cepat, jadinya Sheira bisa tertahan olehnya dan tidak jatuh tanah.

"Heh bangun!" Delvin menepuk-nepuk pipinya pelan. Namun Sheira masih memejamkan matanya.

"Sheira!!"

Nafa berteriak dari kejauhan, lantas Delvin pun menoleh. Terlihat Nafa dan Arka yang berlari ke arahnya kemudian.

"Shei lo gak papa kan?" tanya Nafa cemas. Namun tidak ada balasan dari Sheira.

"Brengsek! Lo apain dia hah!" Arka menarik kerah baju Delvin penuh emosi. Sedangkan Delvin hanya tenang seraya mengangkat sebelah alisnya heran.

"Ka! Udah! Jangan berantem plis."

"Dia udah kelewatan Naf! Dia gak tau apa-apa soal Sheira."

Tanpa berlama-lama, Delvin melepas cengkraman tangan Arka di kerahnya kasar. "Lepas!" Dan beralih membopong tubuh Sheira menuju UKS.

***

TBC

Pendek bgt ya:(

Maapin hm..

Thanks for reading💕

Cianjur, 10 Juli 2019

Be My Girlfriend [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang