BMG 🌠 33

2.1K 105 1
                                    

"Yah, hujan Vin. Gimana nih?" keluh Sheira pada Delvin yang saat ini keduanya duduk di bangku depan koridor kelas 10, menunggu hujan reda.

Saat ini di sekolah sudah lumayan sepi, berhubung sudah sore juga. Hanya menyisakan beberapa orang saja yang baru selesai ekskul, begitu pun Sheira dan Delvin, mereka terjebak hujan karena tadi keduanya ekskul dulu.

"Ya kalo gak mau keujanan tunggu reda dulu aja. Lagian ke parkiran agak jauh. Pasti basah kuyup. Gue gak mau lo sakit," sahut Delvin yang sibuk sendiri dengan ponsel. Membuat Sheira jenuh, punya pacar sih iya, tapi dianya malah sibuk push rank. Ngeselin gak sih?

"Gak asik ah, punya cowok kok ngeselin banget, rasanya pengen nonjok aja ginjalnya. Atau itu HP mau gue banting kayak waktu itu lo banting HP gue hah?" ungkap Sheira kesal pada Delvin. Kali aja kalau udah diancam mah peka, nggak sibuk sendiri lagi.

Tanpa berpikir panjang, Delvin langsung menyodorkan HPnya pada Sheira.

"Lo mau apa? Minta nomor whatsapp gue? Atau minta nomor whatsapp tukang sayur di depan komplek?" polos sekali memang Sheira ini. Mau apa coba Delvin sampe minta nomor tukang sayur, Delvin sendiri aja gak tau siapa tukang sayur yang dimaksud oleh Sheira.

Saking gemasnya, Delvin pun mencubit pipi Sheira yang agak chubby itu. Padahal tadi dia sendiri yang ngomong katanya pengen ngebanting HPnya Delvin. Giliran di sodorin, malah belaga sok gak tau.

"Nih banting aja."

Sheira melotot mendengarnya. Gila kali dia membanting HP itu, udahlah masih baru, terus harganya mahal pula. Ya kali Sheira mau banting, pasti mikir seribu kali dah.

"Mentang-mentang anak sultan ya lo! Belinya masih pake duit orang tua aja belaga sok minta dibanting!" saking kesalnya Sheira, dia pun mencubit pinggang Delvin sampai merengek sok kesakitan, padahal mah ya nyubitnya juga nggak kenceng-kenceng amat.

"Aww, sakit dong. Tapi gak papa kalo pacar sendiri yang nyubit mah. Gak sebanding sama rasa sakit kalo tiba-tiba nanti lo ninggalin gue." bahkan disaat-saat seperti ini, masih saja bercanda. Tapi anehnya, Sheira makin suka sama cowok itu.

"Tapi gue takut, kalo ternyata nanti gue yang malah ninggalin lo, Shei. Gue belum siap."

Sheira memalingkan wajahnya dari Delvin. Yah ngambek lagi deh. Bener kata Nafa, dia harus sabar ngadepin Sheira yang sungguh moodyan.

"Basi!"

"Iya, iya. Maaf deh. Kan tadi lo sendiri yang bilang pengen banting. Ya gue sebagai pacar yang baik hati, gue turutin, apa sih yang nggak buat lo." Delvin meraih tangan Sheira, berusaha membujuknya. Baru saja mereka baikan, eh udah ngambek lagi.

"Lagian lo nggak peka banget sih. Gue cuma gak pengen dikacangin tau gak? Lo dari tadi malah sibuk push rank. Ya udah sono pacaran aja sama si Layla sekalian!"

Delvin tersenyum antusias, "wah bener boleh nih? Jadi mulai sekarang, gue juga pacaran aja sama Layla. Kan anunya hm--"

"Dasar cowok gak tau diri! Nyebelin! Mesum! Pergi aja sono ke atlantik!" Sheira mendorong Delvin hingga terjatuh dari tempat duduknya.

"Bercanda doang, Shei. Astagfirullah."

***

"Sheira, pake jaket gue! Lo jangan ujan-ujanan deh. Gue gak mau lo sakit!" teriak Delvin yang tentu saja diabaikan oleh Sheira yang berlari menerobos hujan. Habisnya hujan itu tidak kunjung reda. Udah sore juga, gak baik diem lama-lama di sekolah. Horor banget pokoknya, apalagi suasana hujan gini. Sheira jadi bersikukuh menerobos hujan saja. Apa boleh buat, Delvin hanya bisa mengalah pada Sheira yang keras kepala itu.

Be My Girlfriend [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang