BMG 🌠 75

2.2K 115 44
                                    

Sebuah motor sport berwarna hitam itu melesat, membelah jalanan dengan lincahnya. Sheira berteriak kencang saat Delvin membawa motornya ngebut. Seakan-akan dia meluapkan semua yang terpendam di hatinya dengan cara tersebut. Delvin sontak tertawa saat melirik gadis di belakangnya itu sekilas dari kaca spion.

Hari ini dia sengaja mengajak Sheira pergi untuk mengabulkan list permintaannya dengan mengendarai motor. Cowok itu hanya bosan terlalu sering mengendarai mobil. Belum lagi Sheira kadang suka tertidur saat berada di mobil, membuatnya tambah bosan. Alhasil kini Delvin lebih memilih menggunakan motornya saja.

"Shei, lo udah bilang kan ke Mama, Papa, sama adik lo nanti datang ke rumah gue buat acara makan malem kan?"

"Hah? Apaan, Vin? Nggak kedengeran?" sudah tidak aneh jika berbicara sambil naik motor ya gini jadinya. Volume suara harus lebih dinaikkan.

"Lo udah bilang kan ke Mama, Papa, sama adik lo nanti datang ke rumah gue buat acara makan malem kan?" tanyanya lagi mengulang dengan volume yang lebih keras.

Sheira mengangguk sembari ber-oh-ria. "Oh, udah, Vin. Beres itumah, mereka pasti dateng kok. Ya walau tadi pas bilang ke Papa sebelum berangkat sih responnya agak gimana gitu," jawabnya pada Delvin. Memang benar, tadi pagi waktu Sheira mengajak Papanya untuk ikut makan malam di rumah Delvin, terlihat di raut wajahnya yang kurang mengenakkan. Sepertinya dia masih marah kepada Edgar. Kalau Mamanya dan Arla sih mereka tentu mengiyakan. Tetapi setelah membujuk Papanya itu, akhirnya ikut mengiyakan.

"Oke, deh." Delvin mengangguk pelan, tak lupa dengan pandangan yang tertuju ke depan.

Melirik tangan Sheira sekilas, Delvin berdecak saat gadis itu hanya memegang ujung bajunya saja. "Lo kayak sama siapa aja. Pegangan yang bener sih, kalo jatoh gue gak mau tanggung jawab nih."

Sheira memicingkan matanya, sepertinya bukan hanya itu alasannya. Dia mencium bau-bau modus dari diri cowok di depannya ini. "Males. Gue tau lo modus."

Brum..

"DELVINNN!"

Sheira terlonjak kaget saat Delvin tiba-tiba menancapkan gasnya lebih kencang lagi, membuat cewek itu sontak melingkarkan tangannya pada tubuh atletis Delvin.

"Makanya pegangan tuh yang kenceng. Jangan cuma pegang ujung baju gue doang."

Sheira merotasikan matanya malas. "Halah modus!"

"Terserah gue dong. Mau gue gas lagi?" dibalik helm full face-nya cowok itu tersenyum menggoda. Melihat Sheira yang dibuat kesal karenanya, sungguh menyenangkan.

Lantas, Sheira mencubit pinggang Delvin dengan sepenuh hati. "Aw. Iya deh iya, gue nggak bakal gas lagi." cowok itu meringis kecil karena cubitan Sheira yang terbilang ganas.

"Awas aja---"

Brumm...

"DELVIN ARCHELAUS LAZUARDI!" teriaknya memanggil nama panjang Delvin saking kesalnya karena ulah cowok itu.

***

Setelah menyelesaikan semua list permintaan Sheira kemarin, kini keduanya terlihat sedang duduk berhadapan di sebuah kedai es krim. Menikmati es krimnya masing-masing.

"Sekarang baru jam 3, Shei. Masih lumayan lama juga waktunya sebelum ke acara makan malam nanti. Lo mau kita ngapain lagi?" tanya Delvin sembari sesekali melahap es krim rasa vanilanya.

Cewek dengan rambut diikat kuda yang asalnya sibuk melahap es krim rasa cokelatnya itu, kemudian perhatiannya beralih pada sang lawan bicara di hadapannya. Tak menjawab, dirinya hanya menggeleng pelan sambil menatap Delvin.

Be My Girlfriend [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang