Sheira rasa dirinya sudah mulai ngantuk mendengar penjelasan materi dari Bu Feni yang jelas-jelas tidak ia mengerti sama sekali, tapi memaksakan Sheira tetap memaksakan membuka matanya lebar-lebar, kalau nasibnya nanti sama dengan Ken dan Gani kan bahaya. Mau dikemanakan mukanya.
"Bu, saya izin ke toilet." Sheira berdiri meminta izin pada Bu Feni. Ia pikir dengan mencuci wajahnya mungkin akan menghilangkan rasa kantuknya itu.
"10 menit." Bu Feni mengangguk mengiyakan, dengan syarat tidak boleh lebih dari 10 menit ia pergi ke toilet. Kalau tidak ya siap-siap bernasib buruk.
Baru saja ingin melangkah, Raisa memegang tangan Sheira, "Perlu gue anter gak?"
Sheira menggeleng, karena pasti Bu Feni tidak akan mengizinkan. Nanti dikira mau bolos bareng lagi, "Gak papa. Gue sendiri aja, bentar kok cuma cuci muka doang biar gak ngantuk."
Raisa mengangguk mengerti. Langsung saja Sheira melangkahkan kedua kakinya menuju toilet sambil melirik jam tangannya berulang kali, jangan sampai dirinya telat satu detik pun.
Langkahnya kemudian memelan ketika hendak melewati area lapangan basket. Matanya tak henti menatap Delvin yang sedang bermain basket.
"Itu beneran si manusia ghaib? Gue baru tau ya kalo dia itu ganteng banget apalagi pas main basket," guman Sheira dalam hati.
Dengan segera Sheira menggelengkan kepalanya kuat agar tersadar dari lamunannya. Ya kali dia memikirkan Delvin, apalagi ini sampai mengakui ketampanannya. Kemana aja Shei? Dari awal juga Delvin tuh ganteng:v
"Apaansi anjir kok gue malah mikirin cowok itu. Nggak banget." Sheira bergidik ngeri. Kerasukan jin apa dia sampai tiba-tiba terpesona dengan Delvin si cowok kerdus.
Tak mau lama berlarut dengan lamunannya itu, Sheira kembali mempercepat langkahnya menuju toilet. Tapi ternyata Delvin menyadari hadirnya, yang kemudian Delvin memanggil namanya.
"Shei, Sheira!"
Sheira masih tetap berjalan, tidak peduli. Pura-pura tidak mendengarnya. Tatapannya berkali-kali ia alihkan ke objek lain, tak mau sampai tercyduck ia sedang menatap Delvin.
Melihat Sheira yang tidak kunjung menyahut. Delvin pun berlari keluar dari lapangan basket untuk menghampiri Sheira.
"Shei!" Sheira rupanya kalah cepat. Tangannya berhasil diraih oleh Delvin. Ia sudah berusaha sebisa mungkin untuk menghindari cowok itu, namun takdir memang berkata lain. Karena ketika ia dekat dengan Delvin, dia merasa ada sesuatu yang aneh, hatinya selalu terasa menghangat dan jantungnya berdebar cepat.
Sheira berusaha menyembunyikan perasaannya itu dari Delvin, jelas dia diselimuti gengsi. Dan sampai saat ini Sheira masih menyangkal bahwa dia tidak tertarik sama sekali dengan Delvin, apalagi jatuh cinta. Nyatanya, itu hanya omongan kosong belaka, Sheira sudah jatuh cinta pada Delvin.
"Apaan sih?" ketus Sheira seraya menghentakkan tangannya yang digenggam oleh Delvin.
"Lo mau kemana? Kenapa sendiri?" tanya Delvin dengan nada khawatir.
"Gue mau ke toilet. Lo main basket aja sono! Ngapain nyamperin gue?"
"Oh."
Sheira melongo, "What? Oh doang? Gilaaa. Kenapa gue ngarep dia mau ngomong lagi ya? Kayaknya dia cuma gabut sampe nyamperin gue. Bodo amat sih emang gue pikirin."
Baru saja Delvin akan melangkahkan kakinya kembali ke lapangan basket, dia melihat bola basket yang terlempar kencang ke arah Sheira.
"Sheira! Awas ada bo--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Girlfriend [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA^^] "Lo itu ibarat magnet, yang mau gak mau hati gue harus ketarik waktu pertama kali gue liat lo." -Delvin Archelaus Lazuardi. Di hari pertamanya sekolah di SMA Kartika ternyata tidak memberi kesan baik bagi Sheira Belvania...