BMG 🌠 65

1.3K 92 15
                                    

Vote komennya gaiss janlup!
Biar cpet update dong😋

***

Di rumah sakit, kini Arga dan Aqila menunggu Sheira yang sedang diperiksa oleh dokter di ruang tunggu. Sembari merapalkan do'a, mereka berharap agar putrinya tidak kenapa-napa. Walau sepertinya kemungkinan kecil untuk itu, kala melihat kondisi Sheira saat tadi yang tak terduga.

"Aku takut Sheira kenapa - napa, Ar. Aku takut ...," kata Aqila lirih di dekapan Arga. Perasaanya saat ini sungguh tidak tenang. Entah apa yang terjadi pada Sheira sebenarnya, Aqila sangat cemas.

Arga mengangguk pelan seraya mengelus punggung istrinya menenangkan. "Iya, aku juga takut. Tapi sebisa mungkin kita harus berpikiran positif, ya. Kalaupun terjadi apa-apa, kita cuma bisa ikhtiar dan berdo'a, kemudian kita serahkan semuanya sama yang maha kuasa." Tidak hanya Aqila, Arga yang statusnya sebagai seorang ayah bagi Sheira, tentu ia pun merasakan hal yang sama dengan Aqila. Namun, dengan segera dia menepis semua pikiran negatif itu.

Sebagai seorang ayah, dia harus mengorbankan apapun untuk keselamatan anaknya, meskipun itu harus mengorbankan nyawa sendiri, pikir Arga saat ini.

"Kalau terjadi apa - apa sama Sheira, aku gak bakal maafin diri aku sendiri, Ar. Aku ngerasa gagal jadi ibu yang baik buat Sheira." Aqila jadi merasa bersalah seperti ini, ia tak henti - hentinya menangis dari tadi.

"Ssttt. Jangan ngomong gitu ya, sayang. Kamu udah lakuin yang terbaik kok sebagai ibu. Aku juga sebagai ayah ngerasa bersalah, tapi ini bukan saatnya kita saling menyalahkan. Kita harus saling merangkul, dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi." melihat Aqila yang terus - terusan menangis seperti ini membuatnya tak tega. Selain khawatir pada Sheira, kini Arga juga khawatir pada Aqila. Mengingat jika kini istrinya sedang hamil, seharusnya tidak boleh banyak pikiran.

"Jangan terlalu dipikirin. Kamu harus inget kalo baby twins kita juga butuh kamu. Ya?" seraya mengusap pipi Aqila, menghapus jejak air matanya, Arga tersenyum tipis.

Di sela - sela tangisnya, Aqila mengangguk mengiyakan. Benar kata Arga, dua calon bayi yang saat ini berada di dalam kandungannya tentu sangat membutuhkan dirinya. Kalau Aqila sendiri saja tidak berdaya seperti ini, bisa - bisa hal yang lebih buruk akan datang. Keduanya tentu tidak mau jika hal itu terjadi.

Sementara itu, Vera yang juga berada di rumah sakit, dia tertegun melihat sepasang suami istri di hadapannya saat ini. Ia sangat terharu akan perjuangan keduanya. Apalah dayanya yang hanya sebagai wanita simpanan Edgar, bukan sebagai istri. Sangat miris memikirkan tentunya. Cinta memang membutakan segalanya. Tapi, itu dulu, dengan hadirnya Alan di hidupnya, perlahan Vera bisa menjaga jarak dari Edgar, walau tidak sepenuhnya.

Kembali lagi menatap ponsel, Vera menggigit bibir bawahnya gugup. Ia masih belum mendapat balasan dari Alan.

"Alan... Tolong angkat telfonnya," gumamnya seraya menempelkan ponsel di telinganya, mencoba menghubungi Alan untuk kesekian kalinya. Namun hasilnya nihil, Alan masih tidak mau mengangkat telfon darinya. Lantas, Vera pun hanya mengetikkan beberapa pesan padanya.

Tak lama, Nafa, Eca, Raisa datang ke rumah sakit yang langsung menghampiri Arga dan Aqila dengan tergesa - gesa. Bukan hanya ketiga cewek itu, tapi di belakangnya ada Delvin dan Arka yang ikut, bahkan Delvin yang mengantar mereka ke sini menggunakan mobilnya.

"Tante, gimana keadaan Sheira?" tanya Nafa dengan mata yang sudah berkaca - kaca. Saat mendapat telfon dari Aqila tadi yang mengabarkan padanya bahwa Sheira dilarikan ke rumah sakit, Nafa tak tahu harus bagaimana lagi saking cemasnya, akhirnya ia pun memberitahukan pada teman - temannya, lalu memberitahukan pada Delvin dan Arka untuk mengantar mereka ke sini.

Be My Girlfriend [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang