BMG 🌠 36

2.3K 114 2
                                    

👆👆

Yang belum nonton trailernya, nonton dulu kuyyy😉

***

Tepat pukul 8.30 pagi, Delvin mengantarkan Sheira pulang ke rumahnya. Untung saja sekarang hari sabtu, sekolahnya jelas libur setiap hari sabtu dan minggu. Kalau tidak, ya parah sih. Soalnya mereka pada bangun kesiangan. Masa jam 7 lebih 20 menit baru bangun, pada kebo emang ya.

Sesampainya di rumah Sheira, Delvin pun memberhentikan mobilnya di depan gerbang rumah bercat putih dan kuning keemasan itu.

"Makasih ya, Vin. Btw mau mampir dulu gak?" tawar Sheira pada lelaki di sebelahnya itu.

"Lain kali deh ya. Gue sekarang mau kumpulan osis. Ya gitu deh, gue kan bentar lagi mau lengser. Jadinya, itung-itung terakhiran ya gue lagi yang ngatur." Delvin tersenyum kecil pada Sheira.

Sheira mengangguk mengerti. Begitulah Delvin, dia tipe-tipe orang sibuk. Walaupun dia pasti bisa menyempatkan waktunya untuk Sheira, meski tidak penting-penting amat.

"Kayaknya om Arga udah pulang deh, Shei. Itu ada mobilnya," ujar Delvin seraya menunjuk mobilnya Arga yang tersimpan di bagasi.

"Iya, bagus deh kalo Papa pulang. Biasanya malem pulang, terus besoknya udah pergi lagi. Padahal hari libur." seketika raut wajah Sheira berubah menjadi sedikit murung. Dia teringat pada saat dirinya berada di kafe bersama Delvin, dia pun melihat Arga ada di sana. Bersama perempuan lain.

Walaupun Sheira belum mendengarkan penjelasan dari Arga sendiri, tapi dia merasa kecewa pada Papanya itu. Ditambah lagi sikap Aqila yang akhir-akhir ini juga berubah. Sheira merasakan sendiri bagaimana perubahan yang terjadi antara kedua orang tuanya itu.

Delvin mengelus rambut Sheira lembut, setelah itu ia mengacak rambutnya. Kebiasaan memang.

"Ya udah samperin gih. Mumpung lagi ngumpul jangan disia-siain. Terus jangan dulu nyimpulin sendiri, denger dulu penjelasan dari Papa lo, ya?"

Tentu, Delvin sudah tahu dengan apa yang terjadi pada Sheira akhir-akhir ini. Semalam Sheira sendiri yang mengatakan hal itu padanya, dibawah pancaran sinar bulan.

Delvin juga mengerti, tidak sepantasnya dia berani menasehati Sheira seperti ini. Toh, keluarganya jauh lebih berantakan. Tapi dia tidak mau kalau sampai Sheira merasakan apa yang ia rasakan saat ini.

Jujur, dia sebenarnya ingin berdamai dengan orang tuanya itu. Hanya saja, dendam di masa lalu itu masih tertanam hingga kini. Dengan masa lalu saja belum berdamai, bagaimana mau berdamai dengan masa kini?

Sheira langsung saja membuka pintu mobil hendak keluar. Namun, niatnya terurung.

Tanpa aba-aba, gadis itu mengecup pipi Delvin sekilas. Dalam hitungan detik saja. Entah dorongan dari mana dia sampai berani seperti itu. Yang pasti, mood-nya kembali membaik setelah mengecup pipi mulus nan putih itu.

"Semangat! Gue harap lo juga bisa damai sama orang tua lo. Awas aja, gue gak mau kalo sampai liat lagi lo ngebentak orang tua lo ya!" Sheira berbisik pada Delvin. Dia memberinya semangat, sekaligus ancaman. Yang mungkin setelah ini Delvin pun akan sadar, bahwa masa lalu-nya itu harus ia ikhlaskan. Karena kita tidak akan pernah bisa merubah masa lalu, entah sekeras apa pun itu usahanya, kita hanya bisa menjalani hidup ini dengan ikhlas. Dan memperbaiki masa depan.

Be My Girlfriend [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang