"Aduh lo jelasinnya pelan-pelan dong, Vin! Gue masih gak ngerti nih," ujar Sheira menggaruk kepalanya bingung. Sudah kesekian kalinya Delvin menjelaskan tentang tugas kimianya Sheira, tapi ya gitu deh nggak nempel-nempel.
Delvin pun hanya diam melongo setelah mendengar perkataan Sheira. Untung pacar sih, jadi sayang. Sekaligus bikin gemes juga, alhasil Delvin malah mengacak rambut Sheira gemas.
"Pantes aja lo nggak ngerti-ngerti. Lo daritadi malah sibuk fotoin makanannya buat upload di instagram." Delvin menggelengkan kepalanya. Sedangkan Sheira sendiri, dia tanpa rasa bersalahnya malah nyengir sambil simpen ponselnya di saku.
"Iya maaf deh, gue simpen HP nya. Lanjut."
"Lanjut apaan?"
"Jelasin lah! Tugasnya besok dikumpulin aduh, Bu Feni pasti ngamuk kalo gue nggak ngerjain."
Saat ini memang Sheira dan Delvin sedang berada di sebuah kafe dekat sekolahnya. Sheira sengaja meminta bantuan Delvin untuk mengerjakan tugas kimianya. Biarpun Delvin jurusan IPS tapi kan katanya dia pernah ikutan olimpiade kimia pas kelas 10.
"Untung sayang, kalo nggak udah---" ucapan Delvin terpotong begitu saja oleh Sheira.
"UDAH APAAN HAH?!"
Ya ampun. Mulai lagi dah itu ngegasnya. Dan Delvin malah cengengesan. Katanya lucu kalo Sheira udah ngegas begini.
"Udah gue cium dah. Kan kata gue juga, untung gue sayang. Jadi gak bakal seenaknya cium anak orang. Gak berani suer, apalagi lo nya galak banget."
Mendengar itu, Sheira auto gebukin Delvin. Dan untungnya berhasil Delvin tahan karena tenaganya lebih gede dari tenaga Sheira.
"Dasar ya! Orang kalo udah dari sananya mesum ya tetep mesum iew," kata Sheira mendelik.
"Ya udah, lo perhatiin baik-baik ya. Ini yang terakhir kalinya. Kalo lo masih nggak ngerti, gue gak akan nerangin lagi. Bimbel aja sono sama ruangguru!"
"Oh, jadi lo nggak ikhlas? Ngomong dong daritadi!"
Aduh salah paham lagi kan. Emang ya sensitif banget akhir-akhir ini Sheira itu. Bukan itu maksud Delvin ck.
Sheira pun langsung mengemas bukunya ke dalam tas. Kemudian berniat langsung bergegas pergi, namun tangannya dicekal kuat oleh Delvin.
"Bukan itu maksud gue, Shei. Plis deh jangan salah paham dulu." Delvin mencegah Sheira dan mengeluarkan kembali buku-bukunya.
"Terus apa?"
"Gue ikhlas kok. Apa yang nggak sih buat pacar sendiri mah. Jadi jangan ngambekan dong, gue cuma bercanda."
"Iya serah lo."
Gak jadi pergi sih. Tapi Sheira kayaknya lagi badmood banget sekarang. Alhasih Delvin jadi dicuekin deh.
"Gimana kalo kita pergi ke taman aja? Kalo malem rame tuh, banyak yang ngapel." Kesempatan nih, Delvin pun mulai modus, kode minta ngapel.
"Tapi ini tugas gue belum beres, Vin."
"Lo tenang aja, biar gue yang beresin. Lagian kalo sekarang lo paksain kerjain juga gak bakal beres. Gue perhatiin lo kayaknya lagi badmood." Saran Delvin yang diangguki oleh Sheira.
Ucapan lelaki itu ada benarnya juga sih, tapi jadi membuat Sheira tidak enak. Toh itu tugasnya dia. Kenapa jadi Delvin yang kerjain? Kesannya kayak ngemanfaatin gitu. Pikir Sheira.
"Gak usah deh, gue gak mau ngerepotin lo. Lagian kan ini juga tugas gue." Sheira menggelengkan kepalanya, menolak tawaran Delvin.
Delvin pun berbalik menghadap Sheira, dia memegang kedua bahu Sheira.
"Lo tau kenapa gue minta lo jadi pacar gue?"
Sheira menggeleng tanda tak tahu.
"Karena gue siap lakuin apapun itu demi kebaikan pacar gue. Gue siap direpotin apa pun itu asal nggak memberatkan pacar gue. Karena apa? Gue sayang sama lo, Shei. Jadi lo nggak usah sungkan buat minta apa pun itu selama gue mampu. Oke?" Delvin menatap manik mata Sheira lekat. Dan Sheira pun mengangguk.
Tak lama, Sheira berhambur ke pelukan Delvin.
"Makasih, karena lo udah hadir di hidup gue, Vin. Maaf kalo gue ngerepotin lo."
"Gue gak ngerasa direpotin sama sekali kok. Nggak pernah." Delvin tersenyum seraya mengusap punggung Sheira lembut.
Sementara itu, ketika Sheira masih dipelukan Delvin. Dia melihat seseorang yang ia kenal sedang berdua dengan seorang wanita di kafe itu.
"Papa..." gumamnya dalam hati.
***
Padahal Delvin terlihat bersemangat ketika Sheira mau diajak jalan-jalan sebentar ke taman, menikmati indahnya malam.
Namun tiba-tiba Sheira malah mengajak pulang. Ya mau gimana lagi, Delvin tidak bisa menolak.
Dalam perjalanan ke rumah Sheira, Delvin sesekali melihat ke arah Sheira yang berada di sampingnya.
"Dia kenapa lagi?"
Dilihat dari raut wajahnya pun dari tadi Sheira bengong terus seraya menatap keluar kaca mobil.
Langsung saja tangan kiri Delvin meraih tangan kanannya Sheira untuk ia genggam.
"Lo kenapa?"
Sheira sendiri hanya menggeleng pelan, "Gak papa."
Horror. Biasanya sih kalau cewek udah bilang gak papa, suka ada apa-apa. Dengan Sheira bilang 'gak papa' itu malah bikin Delvin penasaran.
Tapi Delvin positif thinking saja. Mungkin Sheira belum mau bercerita padanya. Dan mungkin Sheira lagi butuh waktu untuk sendiri. Delvin mengerti, ia tidak mau terlalu memaksa Sheira.
"Gue ngerti kok, mungkin lo belum mau cerita ke gue. Gue gak akan maksa," kata Delvin sambil tersenyum pada Sheira. "Kalau sekiranya lo butuh temen curhat, gue siap kok jadi pendengar pertama."
Sebenarnya ya yang sedang Sheira pikirkan saat ini adalah ketika tadi di kafe dia melihat Arga, Papanya yang berdua bersama perempuan lain.
Tiba-tiba yang ia pikirkan adalah Mamanya. Mungkin inilah yang membuat Aqila tidak seperti biasanya, yang kini terlihat murung, tidak bersemangat. Untuk saat ini Sheira benar-benar tidak bisa berpikiran positif, dia khawatir pada Mamanya. Dan berjuta pertanyaan siap ia lontarkan untuk Papanya itu. Jika Sheira sendiri berada di posisi Aqila, jelas Sheira pasti akan merasakan hal yang sama.
Dan jangan sampai pikiran negatif itu terjadi pada Delvin, yang kini berstatus sebagai pacarnya. Sungguh, dia tidak ingin kehilangan Delvin.
"Thanks, Vin. Lo udah ngertiin gue." Sheira pun langsung menyandarkan kepalanya di bahu kiri Delvin dan yang Delvin sendiri sibuk menatap jalanan, sedang menyetir.
"Tuhan, tolong... Izinkan aku untuk bersamanya lebih lama lagi."
Tanpa sadar, Sheira meneteskan bulir air matanya sekilas sampai akhirnya ia pun terlelap di sandaran bahu Delvin.
***
Mon maap dikit ehee..
Stay toon ya beb♡
Tquu( ˘ ³˘)♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Girlfriend [END]
Genç Kurgu[FOLLOW SEBELUM MEMBACA^^] "Lo itu ibarat magnet, yang mau gak mau hati gue harus ketarik waktu pertama kali gue liat lo." -Delvin Archelaus Lazuardi. Di hari pertamanya sekolah di SMA Kartika ternyata tidak memberi kesan baik bagi Sheira Belvania...