Note: Kalo ada typo, kesalahan penulisan kata, dll. Komen aja oke!
Biar nanti aku perbaiki 😉Kritik & saran jugaaa ya.
Enjoy and Happy Reading!
_________________
Berkobarnya api unggun di tengah-tengah dinginnya Puncak, membuat kehangatan tercipta di sana.
Senang sekali rasanya bisa berbaur dengan alam seperti ini, melupakan sejenak hiruk pikuk kota Jakarta.
Sebelum melaksanakan acara cari jejak, tepatnya di tengah malam nanti. Mereka semua yang ada di sana menikmati suasana malam hari di Puncak. Ada yang menyanyi diiringi gitar, mengelilingi api unggun. Ada yang bakar jagung.
Ah, pokoknya semua menikmati. Tak terkecuali Sheira. Awalnya dia memang sangat malas untuk ikut ke acara camp ini, tetapi tak bisa dipungkiri kini ia bahkan bisa tertawa lepas bersama teman-temannya sambil bermain game ludo king.
"Dasar Nafa geblek! Padahal punya gue udah hampir finish eh kesenggol sama yang punya dia," ujar Raisa tak terima. "Laknat bener lu, Naf."
Nafa hanya menjulurkan lidahnya pada Raisa. Beda halnya dengan Raisa yang kesal bukan main akan hal itu.
"Apa ini gara-gara kak Daniel buka blokiran nomor gue ya? Beruntung banget gue hari ini. Mimpi apa coba gue semalem?" Nafa berteriak girang. Sedangkan Sheira, Raisa, dan Eca, ketiganya saling melempar tatap, bingung.
Sesaat setelah itu, Eca tersenyum picik. Kemudian mengedipkan sebelah matanya ke Sheira dan Raisa.
"Punten lur, inces mau lewat!" sindirnya, yang membuat Nafa kembali terfokus pada permainan itu.
Kini Nafa mendengus kasar, ia menatap Eca geram seakan-akan ingin menerkamnya saat itu juga. Lantas, membuat ketiga temannya itu saling melempar tawa. Sombong duluan sih, jadinya gitu. Udah tau di atas mantan masih ada gebetannya. Asuu. Maksudnya, di atas langit masih ada langit ye.
Ternyata, kini giliran Eca yang berhasil menyenggol milik Nafa keluar. Padahal tinggal beberapa langkah lagi mencapai finish. Resiko main ludo ya gitu, takut naik darah euy bawaannya wkwk. Harus banyak-banyak istigfar.
"Mamam tuh! Iya-iya yang hari keberuntungannya Nafa," celetuk Sheira mengolok-olok Nafa. Giliran tadi pagi aja Nafa yang ngolok-ngolok Sheira, sekarang Sheira yang ngolok-ngolok Nafa. Gak ada akhlak bener ni dua bocah.
Nafa mendelik sebal. "Apaan sih?! Sirik aja lo pada."
"Bilang aja nyesek tuh udah mau finish, tapi malah balik lagi. Kayak apaan ya kira-kira?" ledek Raisa.
Eca terlihat berpikir sejenak. "Kayak siapa ya? Gue lupa lagi. Pokoknya dia tuh udah pacaran lumayan lama sih sama pacarnya, tapi pacarnya itu malah pilih yang lain. Inget apa kata tukang parkir?"
"Mundur-mundur!" jawab Raisa dan Nafa bersamaan.
"Ini sebenernya nyindir si Nafa atau gue sih? Pantesan kuping gue panas," kata Sheira ketus. Emang mereka itu gak ada akhlak. Atau mungkin akhlaknya ketinggalan di usus 12 jari.
"Eh, tapi bukan itu aja." Raisa menyahut, mengalihkan fokus mereka dari Eca menuju Raisa. "Dahulu kala, di sebuah desa terpencil---"
Plak.
Eca memukul bahu Raisa. "Sono aja ngedongengnya di tengah hutan! Ini bukan ajang memasak sotong ya."
"Goblok boleh. Bego jangan!" semprot Nafa ketika melihat keabsurdan teman-temannya itu. Udah absurd, gesrek pula.

KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Girlfriend [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA^^] "Lo itu ibarat magnet, yang mau gak mau hati gue harus ketarik waktu pertama kali gue liat lo." -Delvin Archelaus Lazuardi. Di hari pertamanya sekolah di SMA Kartika ternyata tidak memberi kesan baik bagi Sheira Belvania...