Sebelum acara penutupan MPLS dilaksanakan tepatnya di aula SMA Kartika, para calon murid kelas X berbondong-bondong pergi menuju mading sekolah untuk melihat pembagian kelas.
Seperti biasa, Sheira paling anti dengan yang namanya berdesak-desakan. Ah lebih baik dia diam saja menunggu kabar dari Nafa sambil menikmati segarnya es krim rasa coklat di siang hari begini.
Nafa pun datang menghampiri Sheira setelah pergi berikhtiar mencari-cari daftar namanya di mading.
Tak lupa, sebagai sahabat yang baik, Sheira memberi es krim rasa stroberi pada Nafa. Itung-itung upah berdesak-desakan, "Nih, Naf. Gimana? Gue kebagian kelas apa?"
"Ah mungkin Allah memang udah nakdirin kita tetep bareng Shei dari orok. Kita sekelas lagi. Kelas X MIPA 5," entahlah, dari TK sampai SMA selalu saja sekelas. Keduanya itu memang tidak bisa terpisahkan.
"Oh iya, lo tau gak si Raka kelas berapa?" tanya Sheira. Berharap bahwa dia juga sekelas dengannya, lumayan kan bisa manas-manasin si curut Raka kalo dia punya pacar baru.
"Kalo gak salah sih, dia kelas X IPS 3."
Sheira mengerutkan keningnya. Dia mengira Raka akan masuk jurusan MIPA sama seperti dengannya. Tetapi nyatanya dia malah masuk IPS.
Wah parah, dia memang kenal Raka yang pintar di bidang hitung-menghitung. Tapi kenapa masuk IPS ya? Sedangkan Sheira, dia paling malas hitung-menghitung, tapi kenapa pengen masuk MIPA? Sheira sedikit menyesal kenapa dia tidak masuk jurusan IPS saja. Saat ini dia hanya bisa pasrah, jalani dulu saja, nilai mah belakangan. Pikir Sheira.
"Kirain gue dia bakal masuk MIPA," kata Sheira cemberut.
"Iya juga sih. Gue juga heran kenapa dia malah masuk IPS." Nafa mengangkat bahunya tanda tak tahu.
***
Semua calon murid kelas X sudah berkumpul di Aula SMA Kartika. Acara seperti biasa, pembukaan, sambutan dari kepala sekolah, dan yang paling ditunggu adalah penampilan anak band SMA Kartika yang berhasil membuat para penonton menjerit, kalau kata Nafa sih kayak nonton konser oppa, cuma gak pake lighstick.
"Tunggu dulu Naf. Gue kayak kenal ya sama yang pegang gitar itu," ujar Sheira menyipitkan matanya seraya menunjuk Alan yang dengan sebuah gitar di tangannya.
"Bukannya itu yang tadi di kantin ya. Siapa sih namanya? Lo kenal?" tanya Nafa.
"Iya, Naf. Kak Alan namanya."
"Wess udah kenalan aja, gas teruss. Eh btw tumben seharian ini gue gak liat kak Delvin nyamperin lo. Lagi marahan ya?" lagi lagi penyakit julidnya Nafa kambuh.
Sheira pasti sensitif jika mendengar kata Delvin. Tapi sebenarnya juga dia berfikir begitu dari tadi, rasanya ada yang kurang aja gitu jika Delvin tidak mengganggunya. Entahlah hari esok, dan seterusnya akan seperti ini lagi atau dia kembali mengganggu hidup Sheira.
Seharusnya dia senang tidak ada hama untuk hari ini, baik itu secara langsung, ataupun hanya lewat chat.
Harusnya gue bersyukur gak ada virus si dolphin hari ini. Tapi kenapa gue ngerasa aneh aja ya, gak kaya biasanya. Seharian juga gue belum liat batang idungnya di sekolah.
Bodo amat lah. Ngapain juga gue mikirin dia.
"Udah deh. Jangan mancing gue buat bahas dia, Naf." Sheira menggelengkan kepalanya menolak membahas Delvin. Sudah jengah dia akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Girlfriend [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA^^] "Lo itu ibarat magnet, yang mau gak mau hati gue harus ketarik waktu pertama kali gue liat lo." -Delvin Archelaus Lazuardi. Di hari pertamanya sekolah di SMA Kartika ternyata tidak memberi kesan baik bagi Sheira Belvania...