Di hari terakhir MPLS, kantin memang seperti biasa. Selalu saja ramai. Dan tidak seperti biasanya, kali ini Sheira ikut dengan Nafa makan di kantin. Diam di kelas saja Sheira pun bosan.
"Lo mau beli apa, Shei?" tanya Nafa.
"Mie ayam aja. Pengen yang pedes tapi ya hehe."
"Sheira Belvania! Udah gue katain berapa kali, lo jangan banyak makan pedes. Lagipula kalo gue ketauan om Arga nggak ngelarang lo makan pedes, bahaya nanti gue." Nafa menentang Sheira, dia harus benar-benar menjaga sahabatnya. Karena Nafa memang menganggap Sheira sudah seperti saudaranya sendiri.
Sheira cemberut mendengar ucapan Nafa, sudah lama dia tidak memakan makanan pedas. Dan sepertinya mie ayam itu akan sangat enak jika rasanya pedas, "Plisss. Sekali ini aja deh Naf, gue besok nggak bakal makan pedes lagi deh. Ya? Ya?"
"Enggak. Jangan ngebantah ya. Nanti gue aduin ke om Arga."
"Iya deh iya. Terserah lo aja, Naf," ujar Sheira pasrah. Kalau sudah membawa-bawa nama papanya, dia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Lo mending duduk aja deh Shei, biar gue yang pesenin. Ngantri banget soalnya." Nafa sedikit khawatir dengan Sheira, takutnya asmanya tiba-tiba kambuh karena berdesak-desakan di kantin.
"Oh iya Naf, gue duduk di ujung sana aja ya. Di sana lumayan sepi. Gak kuat gue desek-desekan kaya gini." Sheira memegang dadanya menahan sesak, seraya berjalan menuju tempat duduk yang berada di ujung kantin.
Setelah duduk, langsung saja Sheira diam-diam mengeluarkan inhaler dari saku roknya. Sesak nafasnya pun perlahan membaik setelah itu.
Sheira sengaja selalu diam-diam jika penyakitnya itu kambuh. Dia tidak mau terlihat seperti cewek lemah di hadapan orang lain.
"Si Nafa kenapa lama banget sih?" gumam Sheira merasa sedikit bosan karena belum banyak orang yang dia kenal di sini. Sambil menunggu Nafa datang, Sheira memilih untuk memainkan handphonenya saja.
"Hai. Gue boleh duduk di sini?"
Sheira sontak mendongakkan wajahnya ketika mendengar suara seseorang yang meminta izin untuk duduk bersamanya.
"Eh. Iya..."
***
Kesal sudah Nafa yang mengantri dari tadi demi mendapatkan dua mangkuk mie ayam untuknya dan Sheira. Tetapi begitulah, dia terus saja ditikung oleh kakak kelasnya. Mentang-mentang dia masih pendatang baru di sekolah itu, jadinya pada seenaknya gitu.
"Kak, jangan pada gitu dong! Gue udah ngantri dari tadi. Eh malah kena tikung terus. Emangnya kantin ini arena balapan ya?" cerocos Nafa saking kesalnya. Sudahlah dia rela berdesak-desakan, tetapi hasilnya nihil. Tidak ada satu orang pun yang mau mengalah untuknya.
"Heh. Kalian gak liat apa gimana sih?! Pada punya otak gak? Dia dari tadi ngantri. Kalian malah seenaknya kayak gitu."
Seketika suasana kantin hening karena ucapan seorang lelaki jangkung di samping Nafa. Dengan gaya baju yang dikeluarkan, tanpa memakai atribut lengkap.
Siapa sih lelaki itu? Sepertinya sangat disegani di sekolah ini. Pikir Nafa seraya menatap wajah orang itu. Jujur saja, dia terpana akan ketampanannya, dan juga berkatnya kini dia tidak kena tikungan tajam kantin lagi.
"M-makasih kak," ucap Nafa gugup. Namun, orang itu langsung saja pergi dari sana, mengabaikan Nafa dengan tampang ketusnya.
Gila sih. Alhamdulillah gue bisa sekolah di sini. Banyak cogannya huwaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Girlfriend [END]
Roman pour Adolescents[FOLLOW SEBELUM MEMBACA^^] "Lo itu ibarat magnet, yang mau gak mau hati gue harus ketarik waktu pertama kali gue liat lo." -Delvin Archelaus Lazuardi. Di hari pertamanya sekolah di SMA Kartika ternyata tidak memberi kesan baik bagi Sheira Belvania...