Budayakan vote dan komen~(^з^)-♡
Happy Reading
***
Benar sekali dugaan Sheira, ternyata kantin memang masih sepi. Hanya ada beberapa siswa saja di sana, itupun pasti siswa yang bolos jam pelajaran, seperti dirinya, tetapi kan memang Pak Rudi yang pergi meninggalkan kelas duluan. Jadi, Sheira tidak merasa takut sama sekali jika nantinya ia tercyduk oleh guru piket. Salahkan saja Pak Rudi.
Melihat-lihat sekitaran kantin sebentar, langsung saja Sheira berjalan menuju penjual seblak. Aromanya ituloh sangat menggiurkan di hidung Sheira, membangkitkan cacing-cacing di perutnya yang kelaparan.
"Sheira! Lo mah gitu ih udah gue anter juga. Malah ninggalin. Kaya dia, udah ngebaperin. Langsung ninggalin." Nafa pun menyusul Sheira dengan wajah kesalnya. Tak tahu terima kasih memang sahabatnya yang satu ini. Dan juga dia mendadak bucin. Entah pada siapa itu.
"Lo mau seblak juga, Naf? Gue mah udah pesen level 10." Sheira bertanya pada Nafa yang baru saja datang, tak lupa dengan raut wajah yang masam sambil memangku kedua tangannya di dada. Ceritanya mau ngambek sama Sheira, tapi Sheira mah bodo amat. Mau Nafa ngambek kek, seberat apapun itu masalahnya, santuy solusinya. Wah Sheira emang generasi +62 banget.
"Gila lo ya! Ngapain pesen yang level 10? Lo mau mati? Gue kemaren beli yang level 5 aja ambyar udah. Auto mules. Maag lo kambuh tau rasa!" seru Nafa dengan nada ngegasnya.
"Ya elah, santai aja kali, Naf. Besok-besok nggak deh. Cuma sehari ini aja, toh gue udah terlanjur pesen." Sheira mengangkat bahunya tak peduli. Dia hanya penasaran, bagaimana rasanya sensasi memakan seblak level paling tinggi. Katanya sih mantep, iya mantep sampe bolak-balik kamar mandi. Dia tidak mau memakan itu-itu saja, Sheira butuh hal baru agar hidupnya itu tidak monoton.
"Awas aja lo ya kalo kenapa-napa!"
"Iya, iya Nafa burik pacarnya Gani."
Mendengar apa yang barusan Sheira katakan, sontak Nafa memelototi Sheira seraya mengacungkan jari tengahnya.
"Aduh ampun Mak." Sheira pura-pura takut, tapi pada akhirnya dia malah tertawa meledek pada Nafa. Membuat Nafa kesal setengah mati karena ulah sahabatnya itu.
***
Seperti biasa, Delvin dan ketiga temannya yaitu Daniel, Angga dan Abyan selalu keluar dari kelas duluan sebelum bel istirahat berbunyi. Beberapa pasang mata menatap mereka lekat, seakan-akan kagum akan ketampanannya, bahkan sampai membelah kerumunannya ketika mereka berempat lewat di koridor kelas.
Ditambah lagi Delvin yang berada paling depan, membuat para kaum hawa beberapa kali menelan salivanya, bikin adem banget pokoknya wajah tampan nan putihnya itu. Biasalah, Delvin kan suka tebar pesona begitu juga Angga dan Abyan. Beda halnya dengan Daniel, dia paling malas jika sudah ada orang, apalagi cewek yang menatapnya seperti itu. Alhasil dia lebih milih fokus ke game online dari pada harus meladeni cewek-cewek yang cuma liat seseorang dari tampangnya aja.
Sesampainya di kantin, langkah keempat cowok itu terhenti ketika melihat dua orang cewek yang duduk di tempat mereka, yaitu di ujung kantin dekat penjual seblak.
"Loh, loh. Vin liat deh. Itu siapa coba yang berani-beraninya duduk di tempat kita?" tanya Angga.
"Heeh bener Ga. Itu jelema saha deuih, wawanianan teuingan," timpal Abyan dengan logat sundanya. Padahal dia sudah sekolah di sini hampir 3 tahun, dan dia sepertinya masih kesulitan jika tidak menggunakan bahasa sunda. Tak apalah, bawaan dari orok mungkin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Girlfriend [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA^^] "Lo itu ibarat magnet, yang mau gak mau hati gue harus ketarik waktu pertama kali gue liat lo." -Delvin Archelaus Lazuardi. Di hari pertamanya sekolah di SMA Kartika ternyata tidak memberi kesan baik bagi Sheira Belvania...