"Gaju, menurutmu siapa kandidat terkuat di Pulau?" bisik Tian pelan sambil memeluk Gaju.
"Aku," jawab Gaju pendek tanpa tersenyum dan mata menerawang ke laut lepas di hadapannya.
Tian sedikit kaget, lalu dia tersenyum jahil.
"Kalau begitu, menurutmu siapa kandidat terpandai di Pulau?" tanya Tian lagi.
"Aku," jawab Gaju lagi dengan ekspresi dan nada yang sama dengan yang tadi.
"Ihhhh. Jangan bercanda dengan muka serius seperti itu!!" sungut Tian yang langsung berusaha mencium Gaju yang ada di sebelahnya.
Gaju menoleh ke arah Tian dan membiarkan gadis itu melumat bibirnya.
Sepasang kekasih ini berciuman mesra di pinggir pantai ditemani dengan deburan ombak dan temaram senja. Setelah beberapa menit, mereka saling melepaskan ciumannya.
"Tian serius nanya," kata Tian pelan sambil bergeser ke depan Gaju dan kini sudah berdiri di atas lututnya.
Gaju tertawa kecil, "Aku juga serius," jawabnya.
Tian memperlihatkan wajah aneh dan memperhatikan wajah kekasihnya dengan seksama.
Angin pantai yang tiba-tiba bertiup kencang membuat kerah baju Tian terbuka di bagian lehernya.
Sebuah bekas luka yang mengerikan terlihat disana. Sebuah luka cakaran binatang buas yang terdiri dari tiga goresan kuku, mulai dari bagian atas dada Tian sampai ke bawah perutnya.
Gaju bisa melihatnya dengan jelas, tapi dia tak mengalihkan pandangannya. Karena luka itulah yang telah menghapus semua keraguan Gaju akan ketulusan Tian.
Tian yang telah mengorbankan nyawanya sendiri demi Gaju dan membuat Gaju membuka pembatas terakhir antara mereka berdua.
Tian tahu apa yang sedang dilihat oleh Gaju, tapi dia tak menutupinya. Mukanya memerah setiap kali Gaju menatap bekas luka itu.
Dulu, Tian ingin menggunakan fasilitas medis canggih milik Pulau untuk menghilangkan bekas luka di tubuhnya itu, agar tidak ada cacat disana, tapi Gaju melarangnya.
"Biarkan saja. Aku suka bekas luka itu. Dia akan selalu mengingatkan aku kalau Tian adalah soulmate-ku yang sesungguhnya," kata Gaju saat itu.
Karena itulah Tian membiarkannya disana.
Gaju menatap Tian dengan lembut dan menarik napas panjang.
"Aku yang terkuat dan paling cerdas. Aku juga berjanji kita akan survive bersama-sama sampai akhir," kata Gaju sambil meraih pinggang kecil Tian.
Tian tersenyum dan membiarkan Gaju melakukannya.
Mereka berdua sekarang berumur 15 tahun. Ini tahun ketiga setelah mereka mengalami Ujian Eliminasi pada usia mereka yang masih 12 tahun waktu itu.
Tian lalu mendekatkan kepalanya ke arah Gaju.
"Tian milik Gaju. Selamanya," bisik Tian lirih dan membiarkan kekasihnya mulai menikmati bagian dadanya yang sedikit terbuka.
Gaju sama sekali tak merasa jijik ataupun tidak suka dengan bekas luka yang ada di sana.
Tian memeluk Gaju makin erat karena gigitan Gaju di bagian...
Stop!! Mulai tak betul ni arah ceritanya. Sampe lupa kalau ini cerita 'lurus'. Dah, kita skip aja.
Skip skip.
Mereka berdua lalu berpelukan setelah semuanya selesai. Tian menyenderkan tubuhnya mesra ke arah Gaju.
"Gaju serius kan dengan perkataan tadi?" bisik Tian.
"Hmmm?"
"Aku serius. Kita akan survive berdua," jawab Gaju dengan penuh percaya diri.
Mereka berdua terus menikmati kebersamaan mereka di tempat itu hingga Matahari tak lagi menampakkan sinarnya.
=====
Thats it. Prolognya pendek aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaju - The Survivors (Completed)
Science Fiction(Action, Fantasy, Sci-Fi) This page is intentionally left blank. *Biar berasa kek baca buku-buku luar negeri ya kan? Wkwkwk..