Diriku

1K 62 12
                                    

Percaya lah! Aku adalah orang paling hebat 'mencintai dalam diam'. Akulah orang paling mahir dalam melalukan 'cinta sendiri'.
Dan aku lah yang paling bisa menunggumu sampai selama apapun.

~Felisha Albara~

*****

Namaku Felisha Albara, biasa dipanggil Felish. Aku bungsu dari klan Albara, ningrat dari lahir tapi melarat kisah pertemanan dan percintaan.

Aku introvert, suka sendirian dan selalu sinis sama orang baru. Begitu kata kak Irida, mantan tunangan abangku.

Jujur aja, aku enggak pernah berniat untuk sinis sama orang yang baru kukenal. Tapi ada sesuatu dalam diriku yang memaksa aku untuk selalu waspada sama orang baru, aku mambangun benteng untuk melindungi diri sendiri. Tapi aku enggak menyangka kalau perbuatanku jadi terkesan sinis.

Aku enggak punya banyak teman, pacar apalagi mantan pacar. Zero!

Iya, aku jomblo dari lahir. Di usiaku yang hampir delapan belas tahun ini aku sama sekali belum pernah punya pacar. Kalau suka cowok, ada sih. Crush yang cuma bisa dilihat tapi enggak bisa disentuh.

Namanya Richard, bukan kapten tim basket, bukan most wanted sekolah. Richard cuma murid biasa yang kebetulan ganteng, enggak pinter-pinter amat, enggak tajir-tajir amat dan enggak punya banyak fans seperti sahabatnya, Sean (sepupu jauh kak Irida yang seorang model). Tapi Richard punya daya pikat tersendiri di mataku. Dia punya kulit putih bersih, mata coklat yang bersinar terang, hidung mancung serta bibir lumayan tebal yang cukup menggoda iman. Semua hal tentang Richard, adalah topik paling menyenangkan untukku.

Jika Richard seistimewa itu bagiku, lalu bagaimana aku di matanya?

Aku bagi Richard itu seperti selotip yang tembus pandang. Enggak kelihatan dan enggak penting. Padahal kami selalu sekelas sejak SMP, tapi aku masih saja transparan baginya.

Semuanya gara-gara Audrey! Iya, Audrey itu cewek super nyebelin yang ke mana-mana selalu nempelin Richard. Ralat, Richard yang selalu ngajakin dia ke mana-mana. Mereka bersahabat, aku tahu itu. Tapi aku yakin, Richard punya perasaan lebih sama Audrey. Aku bisa lihat dari sinar mata Richard saat menatap Audrey.

Padahal, apa bagusnya Audrey dibanding aku? Aku jelas lebih imut kalau dibandingkan dengan Audrey yang tinggi semampai kayak jerapah itu. Badanku juga lebih berisi daripada tulang berbalut kulit kayak badannya Audrey. Dan lagi, kulitku lebih berwarna dari pada Audrey yang punya kulit putih pucat kayak mayat! Oh, satu lagi. Tampangku lebih Indonesia daripada Audrey yang hampir sepenuhnya bule.

Dari semua yang kusebutkan, kalian pasti mau mengatai aku begini, "Dasar cebol, gendut, item, tampang kampung! Enggak tahu diri pula, cocok!"

Enggak, rupaku enggak seburuk itu, kok. Aku masih lebih cantik dibandingkan beruang madu, suaraku juga sedikit lebih merdu daripada gonggongan anjing.

Shit!

Aku buruk banget, sih!

Semua pikiran ini benar-benar bikin aku sakit hati sendiri.

Aku membanting handphone ke atas meja kemudian menyandarkan tubuh ke kursi.

"Huuaaah!" aku membuang napas dengan kasar.

"Ngapa lo? Napas kayak babi." Seseorang menjitak dahiku, membuatku semakin sebal.

Perkenalkan, ini Azriel Raikhan Albara. Biasa dipanggil Azri oleh orang-orang. Tapi aku lebih suka memanggilnya Ziel. Iya, cara membaca nya memang asli 'Ziel' tanpa penyamaran pada huruf E. Sepupu terkampret yang sejak jaman masih pakai popok sudah selalu bersamaku. Kami selalu satu kelas, dia juga selalu menjadi tamengku dari kehidupan sosial yang buruk.

Garis Lurus (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang