{SELESAI}
Bagiku, Hujan menyenangkan. dingin, segar, dan nyaman. Namun, tidak dengan petir. Aku benci petir--Reina Putri Kartika.
Bagiku, dia adalah hujan yang indah. aku menyukai senja, namun hujan lebih menarik untuknya--Elvano Abrisam.
Kusuguhkan teh manis Namun .. Kau lebih memilih kopi hitam yang pahit
®®®
Sepasang mata cokelat menatap lekat perempuan berambut pendek seperti Dora. Tak sedikitpun mata itu beralih dari objek utama.
Sepuluh menit berlalu, namun tatapannya tidak kunjung beralih. Reina yang merasa dipandangi sejak pertama kali menginjakkan kaki di halte bis, merasa tidak nyaman dan risih. Rasanya kaki kecil yang ia miliki ingin berlari sekencang-kencangnya.
Karena rasa penasaran, akhirnya Reina memutuskan menatap balik seorang laki-laki bermata cokelat. Ia berjaket denim dengan sayatan di bagian dada dan lengan. Celana jeans yang bolong di bagian lutut.
Dan .. sebuah tatto bergambar hati berduri dan berdarah di tangan kirinya.
Reina bergidik ngeri. Laki-laki itu masih menatapnya. Tatapannya tajam bak elang mengincar tikus sebagai santapan.
'Duh! Itu cowok kenapa liatin gue terus?! Emang gue cantik ya? Wajarlah .. gue kan calon istrinya Sehun, hehehe .. ' gumam Reina dalam hati.
Tanpa sadar, Reina tertawa sendiri. Orang-orang di sekeliling Reina terheran-heran menatap perempuan berseragam SMA dengan rambut seperti Dora tertawa dengan santainya.
'karena hidup gue santuyy kayak di pantai wkwkwk' lagi-lagi batin Reina berbicara.
Tidak lama kemudian, sebuah bis berwarna abu-abu berhenti di depan halte. Orang-orang mulai berebut menaiki bis tersebut.
Reina terdorong ke belakang. Seorang ibu-ibu rempong memaksa masuk. Ibu tersebut menarik rambut Reina tanpa sengaja.
"Issshhh! Galak bener! Rambut kebanggaan gue jadi kambing hitam ibu-ibu." Reina mengelus rambutnya yang terasa perih.
"Eh, Mbak minggir!!" Seorang laki-laki berseragam SMP berlari dan mendorong bahu Reina.
Reina yang berdiri tanpa ancang-ancang bersentak dan oleng. Kakinya meliuk-liuk seperti orang berlatih menggunakan highheels.
'buseettt!! Gue mau jatoh!!' Reina berteriak dalam hati.
BRUUGH!!
Bokong imut Reina mendarat mulus di atas tanah.
"Aaaarrgghh!! Demi spombob yang tak terpisahkan dari petrik, kenapa hidup gue begini amaatt?!!!"
"Mbaknya jadi ikut bis ini gak?" Seorang kernet bis menahan tawa melihat keadaan Reina.
"Masnya bisa santuy gak? Bantuin kek, malah liatin doang!!"
Mas kernet tersebut terkikik geli dan berkata, "enggak ah, Mbaknya berat kek karung goni .. "
Rasanya Reina ingin menapol kepala botak plontos sialan ini. Bagaimana bisa badannya disangka karung goni? Kepala plontos yang menggoda untuk ditimpuk.
'Gorok mana gorok?! Kayaknya pengen gue sembelih ini leher' batin Rina kesal.
Reina berdiri dari posisi jatuh. Meskipun hati kesal setengah mati, ia harus bergegas ke sekolah. Kalau nanti terlambat, kernet plontos ini tidak akan tanggung jawab.
"Dasar botak plontok tak bermutu!" Reina mengumpat di depan kernet menyebalkan.
"Duh, botak kebanggaan ini Mbak, hehe .. "
"Jyjyk!!"
Reina bergegas memasuki bis, namun sebuah tangan kekar menahan pergerakannya. Ia tersentak, kemudian menoleh ke arah belakang.
"Apa lag--"
Ucapan Reina terhenti. Pandangannya terfokus pada seseorang yang memakai jaket denim tadi. Laki-laki itu terdiam menatap Reina. Datar dan dingin.
Lima detik berlalu, mereka saling menatap dalam.
"Hati-hati, di sini banyak copet." Laki-laki itu meletakkan sebuah dompet pink ke tangan Reina. Ia tersenyum lebar. Sangking lebarnya, sebuah lesung pipi terlihat jelas di mata Reina.
Laki-laki itu berlalu, sedangkan Reina masih terbayang tentang lesung pipi yang mampu menggerakkan sisi lain dari hatinya.
'Manis. Kapan kita bertemu lagi?'
®®®
Vote Komen Jangan lupaa!!!! See you °°
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.