{SELESAI}
Bagiku, Hujan menyenangkan. dingin, segar, dan nyaman. Namun, tidak dengan petir. Aku benci petir--Reina Putri Kartika.
Bagiku, dia adalah hujan yang indah. aku menyukai senja, namun hujan lebih menarik untuknya--Elvano Abrisam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
®®®
Apa yang menurut kita penting, belum tentu penting bagi orang lain.
®®®
"Sistem pencernaan manusia terdiri dari pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi." Pak Tejo menerangkan materi biologi di depan kelas. "Apa itu pencernaan mekanik? Pencernaan mekanik adalah proses mengubah makanan menjadi kecil dan lembut oleh gigi, sedangkan pencernaan kimiawi adalah Proses mengubah molekul makanan kompleks menjadi sederehana oleh enzim, asam, ‘bile’ dan air."
Mulut Pak Tejo komat-kamit menjelaskan sistem pencernaan. Di depan kelas terdapat layar besar menampilkan organ tubuh manusia. Pria paruh baya itu menunjuk mulut, kerongkongan, lambung, usus, kemudian anus. Meskipun rambut putihnya menunjukkan usia yang tidak lagi muda, Pak Tejo tidak melupakan materi biologi. Sebaliknya, semakin tua, ia semakin ingat materi biologi anak SMA.
Reina mengeluh pelan. Apa yang dibicarakan Pak Tejo tidak ada yang masuk di otak kecilnya. Pikiran Reina melayang memikirkan seseorang. Seseorang yang tidak seharusnya ia pikirkan. Seseorang yang ia kenal beberapa hari lalu. Seseorang yang tadi pagi mengucapkan kata-kata yang membuatnya kesal setengah mati.
Reina marah. Ia kecewa. Tidak pada Elvano, melainkan pada dirinya sendiri. Mengapa semudah itu hati Reina mengukir nama Elvano?
Apakah cinta serumit ini? Reina jatuh cinta pada Elvano--laki-laki berpakaian seperti preman dengan tatto di tangan kirinya. Jika Eyang Sari tahu, kemungkinan besar ia akan tidak setuju. Bagaimana mungkin ia membiarkan cucu kesayangannya dekat dengan laki-laki berpawakan menyeramkan?
"Gue gak selalu ada buat lo. Mungkin, suatu saat nanti, keadaan gak seperti yang kita harapkan. Bahkan lebih buruk dari yang kita bayangkan. Saat semua itu terjadi, gue mohon sama lo, jangan pernah benci gue."
Reina berdecih pelan mengingat perkataan Elvano tadi pagi. Kata-kata yang membuatnya ingin terjun bebas dari gedung setinggi lima meter. Ia tidak habis pikir, mengapa Elvano mengatakannya? Setelah merebut hati Reina, apakah semudah itu membenci Elvano? Tentu saja, tidak.
"Tidak semudah itu. Dunia gue rumit dan gelap. Gue gak mau lo masuk dan ikut campur di dalamnya."
Perkataan Elvano terus saja melintas tanpa izin. Serumit apa dunia Elvano? Segelap apa dunia Elvano? Apakah dunia Elvano menyeramkan? Apakah ia dikejar polisi karena memakai obat-obatan? Ataukah ia mencuri uang di bank?
Huh! Reina frustrasi. Seseorang yang Reina puja memberi teka-teki yang sulit ia pecahkan. Ia menebak-nebak tentang apa yang sebenarnya terjadi, sedangkan kenyataan tidak selalu membenarkan tebakan dan anggapan Reina.
Elvano tidak ingin Reina ikut campur dan terjun ke dunianya. Namun, secara tidak langsung, Elvano telah melibatkan Reina. Lantas, untuk apa ia berkata seperti itu? Semua perkataan Elvano menyakitinya. Bualan laki-laki itu tidak berguna. Hadir hanya untuk menyesakkan pikirannya. Elvano memang menyebalkan.