34. Senja

98 13 12
                                        

Now playing
Sam Kim - Breath

Now playingSam Kim - Breath

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mia cantik, kan? Wkwk

®®®

Jika itu kamu, aku akan bertahan.

®®®


Jam dinding berdentang menunjukkan pukul 19.00 WIB. Suara angin bertiup kencang terdengar jelas di telinga Reina. Dedaunan kering terbang dan menghantam kaca jendela. Sepertinya, hujan akan turun. Langit bergemuruh. Mendung menutupi bulan dan bintang.

Ting!

Sebuah pesan singkat singgah di ponsel Reina. Tanpa melihat nama pengirim, ia tahu siapa dalangnya. Siapa lagi kalau bukan Elvano?

Reina acuh. Ia memilih fokus pada buku bahasa Inggris. Ia harus belajar untuk ujian semester besok.

Ting!

Sebuah pesan kembali singgah, namun Reina tidak berniat membalas pesan tersebut.

Ting!

Tidak peduli. Reina benar-benar tidak peduli jika Elvano mengirimnya seribu pesan, ia tidak akan membalas pesan laki-laki itu.

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Reina menggeram. Bunyi notifikasi membuatnya tidak fokus mempelajari buku bahasa Inggris. Elvano tidak main-main. Laki-laki itu ingin menganggunya.

Karena saking kesalnya, ia mematikan daya dan mencopot baterai ponsel tersebut. Ia kesal dan marah. Kejadian tadi siang membuat Reina kecewa. Elvano lebih perhatian pada Mia. Padahal, Reina yang lebih berhak mendapat perhatian tersebut.

"Elvano gila!" Reina mengumpat pacarnya. "Aku benci kamu! Kenapa harus Mia? Kenapa harus dia, sih?"

Sebuah air mata terjatuh dari sudut mata Reina. Dadanya sesak. Ia tidak kuat menahannya. Ia tidak kuat untuk tidak menangis malam ini.

"Elvano jahat .. " Reina menangis di lipatan tangannya. "Ka-katanya, cuma sahabat. Ta-tapi .. malah mantan. Sahabat aja udah sulit buat dipisahin, ini ditambah mantan? Gak terpisahkan, dong."

Reina semakin kencang dalam menangis. Tangisannya menggema di langit-langit kamar. Di luar sana, hujan turun sangat lebat. Angin bertiup kencang. Dahan pohon bergoyang ke kanan dan ke kiri.

Di sela-sela keributan itu, pintu kamar Reina diketuk. Perempuan itu mengusap bekas tangis di pipi. Buku bahasa Inggrisnya lecek dan basah.

"Reina, ada kiriman." Suara Eyang Sari terdengar.

Hujan di Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang