{SELESAI}
Bagiku, Hujan menyenangkan. dingin, segar, dan nyaman. Namun, tidak dengan petir. Aku benci petir--Reina Putri Kartika.
Bagiku, dia adalah hujan yang indah. aku menyukai senja, namun hujan lebih menarik untuknya--Elvano Abrisam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cinta itu rumit, ya? Eh, salah. Kamu yang rumit, hehe..
®®®
Reina membuka pintu kamar. Ia meletakkan tas di meja belajar. Setelah berdesak-desakan di dalam bis, akhirnya ia sampai di rumah.
Tut .. tut .. tut ..
Ponsel Reina bergetar. Di layar tertera nama Elvano. Jujur, Reina belum siap berbicara dengan Elvano. Senyuman Elvano yang tulus ketika bersama Mia, membuat Reina menyadari sesuatu. Apakah Elvano benar-benar mencintainya?
Tut .. tut ..
"Halo?"
"Kamu di mana? Ini aku cariin, loh. Jangan buat aku khawatir, sayang .. "
Reina terkekeh. "Ah, tadi aku pulang dulu karena harus bantuin Eyang. Hari ini, Eyang ada pesanan banyak banget."
"Tapi, jangan asal pulang kayak gini. Aku jadi mikir macem-macem. Kalau mau pergi, pamit dulu."
"Cie .. yang khawatir. Lucu banget, deh, hehe .. "
Terdengar suara helaan napas dari ujung telpon. Elvano pasti menahan amarahnya.
"Lain kali jangan gitu, ya?"
"Iya, ganteng .. "
"Ya udah, aku tutup, ya? Ada pekerjaan di bengkel, nih."
"Emm, El, aku mau nanya sesuatu." Reina menggigit jari. Ia ragu sekaligus takut.
"Nanya apa?"
"Emmm .. di situ ada Mia?"
Hening. Tidak ada jawaban dari Elvano. Reina semakin gelisah. Apakah pertanyaannya terkesan spontan dan blak-blakan?
"Em, gak us---"
"Mia ada di sini, kok. Dia lagi ngobrol sama Bang Alex."
Hening sejenak. Reina menatap keluar jendela.
"Rein, aku dan Mia cuma sahabat, gak lebih. Jangan khawatir, ya?"
"Oke. Aku percaya sama kamu."
"Pacar pintar, hehe .. aku tutup, ya? Aku sayang kamu, Rein."
"Reina juga sayang Elvano."
Panggilan berhenti. Reina menjatuhkan diri ke tempat tidur. Dipandanginya langit-langit kamar.
"Susah juga, ya .. capek. Boleh gak gue istirahat sebentar?"
®®®
Keesokan harinya, Reina menghampiri Nana. Rumah Reina dan Nana terpisahkan oleh lima rumah saja. Setiap hari Reina berkunjung ke rumah Nana, entah untuk belajar bersama atau sekedar berbincang.