7. Hujan

393 73 54
                                        

Apakah kamu pernah bertanya mengapa senja datang dan pergi seenaknya? Apakah senja melakukannya karena keegoisannya?Atau karena keterpaksaan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah kamu pernah bertanya mengapa senja datang dan pergi seenaknya?
Apakah senja melakukannya karena keegoisannya?
Atau karena keterpaksaan?

®®®

Sang surya tersenyum cerah menyapa manusia di bumi. Burung berkicau riang. Angin berhembus menerbangkan dedaunan kering. Jalan masih basah oleh air hujan kemarin. Genangan air keruh memenuhi lubang-lubang aspal.

Hari ini, halte bis penuh dengan orang-orang yang menjalankan aktivitas pagi. Mereka berpakain rapi, berdasi, dan merias diri agar terlihat menarik. Beberapa ibu-ibu juga mengantri untuk ke pasar.

Sepasang sepatu Reina menapak halte bis. Kepalanya menunduk menyembunyikan mata bengkak karena menangis semalaman.

"Semarang, Semarang! Ibu, bapak, adik, kakak, simbah, sampe upil kecoak silahkan masuk bis! Obral-obral, siapa cepat dia dapat tempat duduk! Eits, jangan sedih kalo gebetan direbut orang lain." suara kernet bis botak plontos memenuhi halte bis. Saking kerasnya, seorang ibu protes sebab suara kernet tersebut mengagetkan anaknya yang tertidur pulas.

"Bisa diem gak?! Kalo anak saya bangun kamu mau nidurin lagi?!" Bentak ibu itu kesal.

Kernet bis itu malah cengar-cengir menunjukkan bahwa ia tidak berdosa. "Yaelah, Bu! Anak ibu bangun bukan salah saya, seharusnya ibu itu bersyukur karena anaknya bangun. Matahari udah nonggol, tuh. Ya, kali mau tidur terus, kalo kebablasan gimana? Repot, kan? Hehe.."

"Eh, kamu itu, ya! dibilangin malah nanggepin. Kamu mau saya ditimpuk, hah?! Kurang ajar kamu bilang anak saya kebablasan."

Ibu itu mengejar kernet plontos untuk melampiaskan rasa kesalnya. Reina tersenyum karena melihat adegan lucu yang diciptakan oleh kernet botak. Ia tidak menyangka Tuhan masih mau menciptakan mahkluk seperti itu.

Sambil menggelengkan kepala, Reina memasuki bis dan mengambil tempat duduk di dekat jendela. Sudut mata Reina memperhatikan si Kernet plontos yang masih sibuk menghindari lemparan sandal ibu-ibu.

Ketika pikirannya melalang buana, suara lirih terdengar sangat dekat di telinga Reina. "Hai!"

"AAKHH! SETAN, IBLIS, JIN, PERGI LOOO!" Reina menjerit sekencang-kencangnya hingga menyita perhatian seluruh penumpang bis.

Hening. Semua penumpang menatap Reina dengan sorot aneh.

Untuk sesaat, Reina tersenyum canggung ke arah penumpang, seolah-olah meminta maaf karena mengganggu kenyamanan.

"Makanya, pagi-pagi itu jangan ngelamun." Ucapnya sambil terkekeh melihat tingkah Reina.

Reina menoleh ke samping, tepat di samping tempat duduknya, seorang laki-laki yang kemarin menemaninya di danau muncul lagi. Lesung pipinya terlihat jelas. Senyumannya manis.

Hujan di Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang