44. Senja

111 11 3
                                        

Daffa kalo lepas kacamata 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daffa kalo lepas kacamata 🥰

®®®

Kita perlu ruang untuk bicara.

®®®

Mia memuji dirinya yang terlihat sempurna di depan cermin. Rambutnya tergerai dan bergelombang indah. Dress berwarna ungu melekat indah di tubuhnya. Tidak lupa, ia memoleskan lipstik di bibir. Sempurna. Mia tersenyum senang.

"Hari ini, gue ajak Elvano jalan-jalan. Sebagai ucapan terima kasih karena udah nolongin gue kemaren."

Mia mencari handphone dan menekan tombol dial. Ia harus memberitahu Elvano tentang niat baiknya. Pasti Elvano setuju. Laki-laki itu tidak pernah menolak keinginannya.

Namun, panggilan Mia tidak diangkat. Mia menatap layar handphone dengan kerutan di dahi. Apa Elvano tidak apa-apa? Apa terjadi sesuatu yang tidak ia ketahui?

Tidak mau menyerah, Mia menelpon Elvano lagi. Namun, hasilnya tetap sama. Elvano tidak mengangkat panggilannya.

"Kenapa, sih? Gak biasanya Elvano kayak gini? Atau Elvano lagi sama Reina? Ck! Kebiasaan, deh. Kalo sama Reina, gue dilupain." Mia menggeram kesal. "Gue harus ke bengkel!"

Mia meraih tas selempang dan berlari keluar rumah.

®®®

"El, hape lo bunyi terus, tuh!" Joko melempar ponsel pada Elvano. Dengan sigap, Elvano menangkap benda persegi itu.

Elvano melihat si penelepon. Ia terdiam dan menatap kosong layar ponsel.

Ucup menghampiri Elvano dan melihat nama yang tertulis di layar ponsel. "Mia? Kenapa gak lo angkat? Biasanya garcep kalo Mia."

Elvano menatap Ucup sejenak, kemudian menyerahkan ponselnya. "Lo yang angkat, deh. Gue banyak kerjaan."

"Lah .. kenapa jadi gue?" Ucup menatap ponsel Elvano bingung. "El, lo ngerjain apaan? Bengkel lagi sepi! Kebanyakan alasan lo! Anjir, bule lokal, lo dengerin gue gak, sih?!"

Elvano mengangkat tangan sebagai tanda ia tidak ingin tahu. Ia mengerjakan apa saja. Ia tidak ingin memikirkan soal Mia, apalagi Reina. Hari ini, ia ingin bekerja tanpa dibayangi oleh Reina.

"Njir, gue apain ini hape?" Ucup membolak-balikan ponsel Elvano.

"Jual aja." Joko menghampiri Ucup dengan mulut mengunyah biskuit. "Lumayan, tuh. Uangnya buat makan sehari-hari. Iye, gak?"

"Hari ini kenapa ada dua matahari, ya?" Ucup menutupi matanya. Kepala Joko bersinar terang karena memantulkan cahaya matahari.

"Maksudnya?"

"Kepala lo terlalu silau sampe gue gak bisa liat apa-apa."

"Ngajak gelut ini orang." Joko menarik lengan kaosnya, bersiap bertengkar dengan Ucup.

Hujan di Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang