{SELESAI}
Bagiku, Hujan menyenangkan. dingin, segar, dan nyaman. Namun, tidak dengan petir. Aku benci petir--Reina Putri Kartika.
Bagiku, dia adalah hujan yang indah. aku menyukai senja, namun hujan lebih menarik untuknya--Elvano Abrisam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
®®®
Kita sebagai orang kecil mencoba merangkak dan menata langkah. Pernah menyerah? Pernah. Namun .. diri menyadari tidak ingindiolok sebagai pengecut yang melarikan diri.
®®®
Udara sejuk nan dingin menyapa kulit Reina lembut. Di depannya, sebuah danau membentang luas. Kaki Reina tanpa alas menapak rerumputan berembun. Aroma khas hujan membau di indra penciuman.
Burung berterbangan liar. Berkicau merdu seolah-olah menyanyikan lagu untuk menyambut pagi yang cerah. Angin berhembus pelan menggoyangkan dress putih milik Reina. Rambutnya berterbangan mengikuti arah angin.
Perlahan, satu persatu, embun menyentuh kaki Reina. Matahari malu-malu menampakkan diri. Seberkas cahaya mentari menerpa wajah Reina.
Di keheningan, ia merintih kesakitan. Masa lalu telah merenggut kedua orangtuanya. Di saat ia membutuhkan kasih sayang, mereka menghilang. Bak ditelan bumi.
Tempat ini adalah tempat yang menjadi kenangan terindah Reina dengan kedua orangtuanya. Dulu, ia berlarian di sekitar kaki Papa. Bergelayutan manja, merengek meminta dipangku, dan tertawa ketika Papa memainkan pipi chubby-nya.
Indah.
Sangat indah.
Terlalu indah untuk dilupakan.
Pepohonan hijau mengelilingi danau. Di sebelah utara terdapat satu pohon sakura yang cantik. Reina tidak tahu mengapa pohon sakura itu bisa hidup di Indonesia. Yang ia tahu adalah kenangan bersama Mama di pohon sakura.
Dulu, Reina nakal dengan memanjat pohon sakura tersebut. Tidak mengindahkan perintah Mama. Mama harus berteriak-teriak dahulu agar Reina mau turun. Ujungnya, Mama menangis karena terlalu khawatir. Sungguh, Reina menyesal. Tidak seharusnya Mama menangis karena tingkah Reina yang nakal.
Reina belum sempat meminta maaf karena keesokan harinya Mama tiada. Kesalahan yang membuat Reina ingin menangis setiap kali mengingatnya.
Mengapa harus Papa dan Mama yang pergi? Mengapa tidak dirinya saja?
Kaki Reina berjalan mendekati pohon sakura. Telapak tangannya menyentuh pohon sakura. Angin berhembus pelan mencoba menghapus tetesan air yang turun di pipi Reina.
Langit yang semula cerah berubah menjadi gelap. Satu persatu air dari langit jatuh menemani air mata Reina. Gerimis datang untuk menghapus air di pipi Reina.
Kejadian semalam mengingatkan Reina akan petir yang tidak lepas dari hujan. Reina menyukai hujan, tetapi ia membenci petir. Petir memperlihatkan semuannya. Petir memperlihatkan Mama dan Papa yang penuh dengan darah. Petir membuat Reina merasakan ketakutan yang sama.