8. Senja

344 45 27
                                        

Play the music :
The Rain - Upaya maksimal

"Mungkin, kau pun ingat pernah kutunggu semalaman
Kupikir terlambat, tapi kau malah ketiduran
Dan itu tak runtuhkan niatku
Ujian menuju hatimu."


®®®

Tak akan lupa ..
Aroma embun pagi itu, desiran angin, dan lembutnya tanganmu ketika menyentuh tanganku.

®®®

"Reina! Lo dengerin gue gak sih?" Nana berteriak sebal karena ucapannya tidak didengarkan Reina. Ia tidak tahu setan apa yang merasuki sahabatnya, Reina tidak seperti biasanya.

Jam istirahat kedua berlangsung 10 menit yang lalu. Nana dan Reina memutuskan untuk tetap tinggal di kelas.

"Hah, apa? Lo bilang apa tadi?" Reina tergelak dan gelagapan. Sedari tadi pikirannya melayang ke hutan belantara.

"Ish! Lo nyebelin, deh." Nana bersungut tidak suka. "Dari tadi gue ngajak lo ngomong, dari Papua sampai Merauke, lo sama sekali gak denger omongan gue?"

"Maaf, Na. Gue gak denger, hehe .. "

Nana menghela napas kasar, kemudian beralih ke tempat duduk di depan Reina. "Lo lagi mikirin apaan, sih?"

"Gue gak mikirin apa-apa." Reina menggaruk siku kirinya.

Fix! Nana paham. Reina bohong. Reina tidak akan bisa berbohong. Jika nekat berbohong, Reina akan menggaruk siku sebelah kirinya.

"Lo boong." Nana menatap Reina selidik.

"Enggak! Gue jujur, kok." Lagi, Reina menggaruk siku kirinya.

"Rein, Gue temenan sama lo dari kita piyik sampe segede gaban, gue tau kebiasaan lo kalo bohong. Kalo lo jujur, terus ngapain lo garuk siku kiri lo?" Ujar Nana sambil menatap tangan Reina yang masih menggaruk siku kirinya.

Reina terdiam, kemudian menghela napas berat. Ia mengaku salah.

"Iya, gue bohong."

"Kenapa lo bohong?"

"Ya .. gue gak tau."

Lagi. Nana menghembuskan napas sebal. Reina memang perempuan yang lugu. Nana--perempuan tomboi yang selalu mengkhawatirkan sikap Reina--takut sahabatnya akan dimanfaatkan jika sikap lugu Reina tidak diubah.

Hujan di Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang