3. Hujan

617 172 106
                                    

Danur terbangun dari tidur ketika mendengar suara gaduh di dapur.

Dengan lunglai, Danur berjalan pelan. Matanya terpejam. Rambutnya awut-awutan seperti singa liar. Di dapur, Mimin sibuk menggeledah isi kulkas seperti tikus got kelaparan.

"Lo ngapain di sini?" Danur menggaruk kulit kepalanya.

Mimin cengengesan. "Laper bos, hehe .."

"Oh, laper .. ya udah bikin mie aja. Lo yang bikin, gue yang makan." Danur meletakkan kedua tangannya di atas meja makan, kemudian tertidur kembali.

"Okeh, bosque!!!" Mimin bersorak ria.

"Sssttt!!" Danur menempelkan jarinya di bibir. "Lo bisa diem gak?! Atau pengen gue plites?! Malem-malem teriak-teriak gak jelas, kalo tetangga denger lo mau digebukin?!"

"Hilih ... Lebay, alay, jablay!! Lah wong, bos Danur yang teriak-teriak bukan Mimin."

"Mati aja lo sana!"

Pencet bintang ya! ⭐
Komen yang buanyak, okeh? :)

®®®

Rembulan manis,
Untuk kita yang tidak pernah merintis
Hujan gerimis,
Menangislah ketika teriris

®®®

Sore hari, sepulang dari SMA, Reina menuruni bis dengan kernet yang sama, yaitu botak plontos.

"Mbak Dora!! Semangat ya!"

Reina mendelik mendengar ocehan tidak jelas yang keluar dari bibir kernet bis botak itu.

'Dora? Helowwww!! Gak ada yang lebih bagus sedikit?! Gue cantik kek Bae Suzy dibilang Dora The Explorer?! Keterlaluan botak plontos!!' batin Reina menjerit tidak terima.

"Masnya laki-laki kan ya? Kok mulutnya kayak cabe rawit?!" Reina melepas sepatu dan menimpuk kelapa plontos kernet bis.

PUKK!!

"Aduh, Mbak Dora .. sakit." Kernet bis memoles-moles kepala yang terasa perih.

Reina terkikik geli. Ia membayangkan bagaimana jika kepala botak itu digosok-gosok? Apakah akan keluar jin yang mengabulkan tiga permintaan?

'Buset! Gue mikir apaan ya? Wkwk .. kalo gini gue jadi pengen ngelus kepala botak itu'

"Mbak Dora kenapa senyum-senyum sendiri? Gila ya, Mbak?" Kernet bis itu bergidik ngeri melihat Reina yang tertawa sendiri.

Karena tidak mendapat respon dari sang Empunya, kernet bis itu bergegas menaiki bis dan mulai menjalankan aksinya.

"Ayo! Jalan aja, Mang! Mbak Dora lagi kesambet setan lewat!" Teriak kernet bis kepada si supir.

"Oke!"

Bis berwarna ungu tersebut melaju meninggalkan Reina yang masih tertawa sendiri.

Pukul 17.00 WIB, namun Reina tidak nampak kusut ataupun lesu. Ia tetap menjadi Reina yang ceria.

Halte di sore hari menjadi lenggang. Orang-orang berlarian menuju rumah masing-masing. Sebelum petang merenggut senja, mereka bergegas untuk beranjak.

Reina berjalan pelan sambil menatap langit. Langit membiru. Senja perlahan menampakkan singgasanya. Cahayanya kuning kemerah-merahan menerpa wajah bulat Reina.

Hujan di Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang