Happy reading, guys!
®®®
Jangan ngilang lagi, ya ..
Kamu gak mau jadi daging cincang, kan?®®®
Koridor kelas XI ramai bergosip. Mereka bisik-bisik membicarakan laki-laki tampan yang baru saja teriak-teriak tidak jelas di depan gerbang.
"Namanya siapa, sih? Ganteng banget sumpah."
"Dia sekolah di mana, ya?"
"Kayaknya enggak sekolah, deh. Pakaiannya aja kayak preman gitu."
"Gak papa preman yang penting tampang kek Chanyeol. Siapapun mau jadi pacarnya. Itung-itung memperbaiki keturunan, hihi .. "
"Dia bakalan ke sini lagi gak, ya? Eh, kalo gue gak salah denger, cowok itu kenal Reina, deh. Anak kelas 11 Ips 4."
"Masa, sih? Ngaco lo! Cogan gitu masa mau sama dora the explorer."
"Iya, lo bener. Gak mungkin juga."
Reina menghembuskan napas kasar. Ia bersembunyi di balik tembok yang menghalangi tubuhnya. Niatnya ingin buang air kecil di kamar mandi, tetapi ciwi-ciwi SMA Gemintang bergosip ria tentang Elvano. Sebenarnya, ia ingin bersikap tidak peduli, namun, setidak peduli apapun dirinya, tetap saja kepikiran.
Elvano tidak berbohong tentang ia disukai banyak perempuan. Sekarang, ucapan laki-laki itu terbukti. SMA Gemintang gempar karena ketampanan Elvano. Bagaikan kedatangan oppa Korea, setiap perempuan di SMA Gemintang tidak henti-hentinya membicarakan Elvano. Ia tidak suka, namun ia juga tidak dapat menutup setiap mulut di sekolah ini.
"Rein?"
Nana menyentuh pelan bahu Reina. Ia heran dengan sahabatnya yang mematung di balik tembok. Reina hampir saja meloncat karena saking terkejutnya. Ia merasa seperti maling yang ketahuan bersembunyi.
"Na-Nana?" Dahi Reina berlipat keheranan melihat sahabatnya berdiri di sampingnya. Pasalnya, seminggu ini Nana menjauh dan membentangkan jarak. Jadi, kehadiran Nana cukup membuatnya bingung."Lo ngapain di sini kayak patung pancoran?"
"Hah? Anu, itu .. " Kepala Reina tertunduk dalam.
"Kok, malah diem? Lo sakit?" Suara Nana berubah khawatir melihat Reina yang gugup dan pucat.
Reina menggeleng. Ia menatap Nana sekilas, kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain. "Enggak, kok. Gue baik-baik aja."
"Terus, kenapa?"
"Na, lo masih marah sama gue, ya?" Katanya tanpa menatap Nana. air matanya membendung di pelupuk mata. "Gue minta maaf, Na. Gue ngelakuin kesalahan yang buat lo marah, ya?"
Nana menghembuskan napas kasar. Seminggu ini, ia memang perang dingin dengan Reina. Ia sengaja mendiamkan Reina agar perempuan itu sadar akan kesalahannya. Bukannya sadar, Reina malah berpikiran yang tidak-tidak tentangnya. Ribet memang.
"Lupain aja. Gue gak marah lagi, kok." Senyum Nana mengembang.
Reina mengangkat kepalanya. "Beneran, Na?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Kala Senja
Teen Fiction{SELESAI} Bagiku, Hujan menyenangkan. dingin, segar, dan nyaman. Namun, tidak dengan petir. Aku benci petir--Reina Putri Kartika. Bagiku, dia adalah hujan yang indah. aku menyukai senja, namun hujan lebih menarik untuknya--Elvano Abrisam.