Play the music
The Overtunes - Sayap pelindungmu"Saat duniamu mulai pudar
Dan kau merasa hilang
Ku akan selalu jadi sayap pelindungmu."®®®
Jangan bermain api denganku karena aku lebih mahir memainkan api daripada dirimu.
®®®
Reina berada di salah satu bilik WC. Sedari tadi, ia menahan untuk tidak buang air kecil. Seperti iklan teh yang terkenal di TV, Reina merasa dipucuk. Bahaya jika menahannya lebih lama. Kalau Reina sampai ngompol di kelas, sudah dipastikan ia tidak cantik lagi seperti Amanda Manopo. Kecantikan luar biasa yang ia punya luntur seketika.
Bel istirahat berbunyi lima menit yang lalu. Lorong kelas ramai oleh murid-murid SMA Gemintang. Mereka ingin menghabiskan waktu, meskipun hanya lima belas menit. Otak mereka sudah berasap menghadapi angka, huruf, dan rumus menyebalkan.
Reina selesai dengan urusannya. Ia berniat membuka pintu bilik, namun gerakan tangannya terhenti ketika mendengar ciwi-ciwi centil memuji ketampanan Elvano. Ia terdiam dan memutuskan menguping pembicaraan mereka.
"Tadi pagi, cowok itu ke sini!" Seru salah satu perempuan dengan girangnya.
"Masa, sih? Kok, gue gak tau?"
"Sumpah, gantengnya itu, loh. Gue gak tahan pengen pacarin!"
"Tapi, kan, dia suka Kak Reina, anak 11 Ips 4."
"Emang kenapa? Gue gak peduli. Lagian, mereka gak pacaran, kan? Siapa aja bebas deketin cowok itu, termasuk gue."
"Iya, juga, sih. Kalo gitu gue juga mau gercep deketin Elvano."
"Jadi, namanya Elvano?!"
"Iya. Keren, kan? Udah ganteng---"
BRAK!
Reina membanting pintu bilik WC. Ia geram mendengar celotehan perempuan centil ini. Rasanya ia ingin memoles pantatnya dengan sandal kuda. Kaca bisa dibeli di mana-mana. Kenapa mereka tidak bercermin untuk melihat wajah mereka sendiri? Mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan kecantikan Reina yang seperti Taylor Swift.
"Oh, ternyata adek kelas." Reina meletakkan kedua tangannya di depan dada, kemudian berjalan mendekati mereka sambil tersenyum licik. "Kalian gak punya kerjaan selain ngomongin urusan orang?"
"Ma-maaf, Kak."
Dua perempuan kelas 10 itu tertunduk ketakutan. Mereka tidak menyangka Reina akan berada di kamar mandi yang sama.
"Elvano sukanya sama gue! Jadi, gak usah ngarep jadi pacarnya, apalagi ngedeketin dia. Ngerti?!"
"I-iya, Kak."
Karena ketakutan, mereka bergegas keluar kamar mandi. Ia tidak ingin menerima amukan Reina yang seperti banteng ingin menyeruduk perut orang.
"Bikin esmosi aja! Sadar diri, dong! Elvano gak bakalan mau sama kalian. Dasar kingkong jadi-jadian! Mati aja deh lo!" Gerutu Reina.
Amarahnya memuncak, namun Reina berusaha menormalkan kembali. Ia menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Merasa cukup tenang, Reina keluar dari kamar mandi sambil menggerutu sana-sini.
"Sabar, sabar. Lo harus cantik. Jangan sampe kecantikan lo hilang."
®®®

KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Kala Senja
Ficção Adolescente{SELESAI} Bagiku, Hujan menyenangkan. dingin, segar, dan nyaman. Namun, tidak dengan petir. Aku benci petir--Reina Putri Kartika. Bagiku, dia adalah hujan yang indah. aku menyukai senja, namun hujan lebih menarik untuknya--Elvano Abrisam.