Cuplikan cerita author
"Bos .. " Mimin menyenggol siku Thira pelan. "Mimin mau tanya."
"Besok aja. Gue sibuk!" Thira menjauhkan tubuh dari Mimin. Ia merasa terganggu dengan kehadiran asistennya.
"Ini penting, bos!"
Thira menghela napas pelan, kemudian menatap Mimin dengan tatapan datar. Perempuan di depannya benar-benar menguji kesabaran. "Lo ngapain, sih? Gak ada kerjan? Demen banget lo ganggu gue."
"Mimin mau tanya."
"Udah gue bilang besok aja. Lo gak denger? Gue lagi banyak tugas, malih! Lo gak tau rasanya jadi gue, sih. Tugas numpuk, deadline mempet, dosen killer tapi ganteng, hehe .. "
"Dih, modus."
"Gue ngomong apa adanya."
"Iya, ada apanya, kan?"
"Lo ngajak gelut, hah? Sini, gue potong gaji lo!"
"Gak jadi, hehe .. " Mimin menggaruk kepala yang tidak gatal. "Ya udah .. lanjutin ngerjain tugasnya, bos. Mimin mau tidur dulu."
Mimin berlari menuju kamarnya. Menghilang begitu saja. Mimin memang menyebalkan. Ia telah membuang sia-sia beberapa menit Thira.
"SEMANGAAT BOS THIRA! MIMIN PADAMOEE! AI LOP YUU!" Mimin berteriak kencang dari kamarnya membuat Thira menggelengkan kepala.
®®®
Daun tahu harus melakukan apa ketika angin membawanya terbang menjauh dari dahan.
®®®
Reina memasuki gerbang SMA Gemintang. Semalam, hujan melanda kota selayaknya hujan turun dari matanya. Ia tidak tahu mengapa hujan tega jatuh di saat suasana hatinya memburuk. Hujan mendukung kesedihan di hati Reina. Selalu saja begitu. Ketika perempuan itu menangis tidak lama kemudian hujan akan turun membasahi bumi. Aneh, tapi nyata.
Seribu alasan bergentayangan, tidak ada satupun yang mampu menjawab pertanyaannya. Reina menangis tidak jelas. Menangisi laki-laki yang bernama Elvano Abrisam. Ia ingin sekali mengirim pesan pada laki-laki yang kini mengisi hati dan pikirannya. Namun, niat baiknya selalu gagal. Ia memutuskan untuk tidak bicara pada Elvano, tetapi ia juga yang mengirim pesan terlebih dahulu? Rasanya tidak etis. Seharusnya laki-laki itu yang mengirim pesan dan meminta maaf atas kesalahannya. Sayang beribu sayang, kenyataan tidak sesuai harapan. Elvano tidak mengirim pesan apapun.
Reina tidak bisa tidur karena memikirkan Elvano. Laki-laki itu mampu menyita ruang kosong di hatinya. Tadi pagi, Reina menunggu lebih lama di halte bis hanya untuk bertemu dengan sang Pujaan hati. Namun, laki-laki itu tidak terlihat. Menghilang entah ke mana.
Terbesit beberapa pertanyaan, Elvano sedang apa? Mengapa ia tidak ada di halte bis? Apakah ia serius dengan perkataannya untuk tidak melibatkan Reina dalam hidupnya? Apa ia tidak merindukan Reina?
Batin Reina menangis. Sakit. Hatinya teriris membayangkan Elvano membuangnya begitu saja. Sungguh, Reina benar-benar mencintai Elvano--laki-laki preman yang sulit ditemui, namun membuat rindu.
BRUK!
"Lo kalo jalan yang bener, dong!" Perempuan di depannya mengomel-ngomel. Kopi yang baru saja ia pesan dari kantin tumpah mengenai seragam putihnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/194285999-288-k760460.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Kala Senja
Novela Juvenil{SELESAI} Bagiku, Hujan menyenangkan. dingin, segar, dan nyaman. Namun, tidak dengan petir. Aku benci petir--Reina Putri Kartika. Bagiku, dia adalah hujan yang indah. aku menyukai senja, namun hujan lebih menarik untuknya--Elvano Abrisam.