43. Hujan

98 10 2
                                        

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.

®®®

Elvano menggunakan topi hitam, hoodie hitam, dan masker hitam. Ia menutupi seluruh tubuhnya dengan pakaian serba hitam. Matanya jelalatan mencari seseorang.

Dari gerbang SMA Gemintang, Elvano melihat Reina berjalan terburu-buru dan ikuti Nana. Nana mencegah Reina sekuat tenaga seolah-olah sahabatnya akan melakukan percobaan bunuh diri.

Elvano semakin memperhatikan Reina. Perempuan itu jauh dari kata baik. Elvano semakin merasa bersalah. Rasanya ingin memeluk tubuh kecil itu dan memberikan kehangatan. Menenangkannya dan mengucapkan kata-kata agar Reina tidak sedih.

"Rein! Lo mau ke mana?" Nana menatap cemas Reina. "Jangan bertingkah aneh, deh. Lo harus makan. Tadi pagi lo belom makan, kan? Siang makan lo dikit. Kalo lo sakit gimana? Muka lo pucet banget, loh!"

"Gue gak nafsu makan."

"Ayolah, Rein .. jangan kayak gini. Putus sama Elvano bukan alasan lo jadi kayak gini. Yang rugi diri lo sendiri."

Reina tersenyum miris. "Lo gak tau apa yang gue rasain, Na. Lo gak tau rasanya ditinggal sama orang yang lo cinta. Lo gak tau karena hidup lo selalu sempurna. Lo punya segalanya! Sedangkan, gue? Gue gak punya siapa-siapa! Elvano lebih cinta sama Mia! Dia cuma mempermainkan gue. Gue cuma perlampiasan!"

"Rein .. ada gue di sini. Lo punya gue."

"Kenapa harus Elvano? Kenapa harus orang yang gue cintai? Kenapa?!" Reina terisak. Air matanya berjatuhan. Lagi, mata indah itu menumpahkan airnya.

"Reina, lo gak sendirian. Maafin gue, ya .. " Nana memeluk Reina dan menenangkan sahabatnya. "Hidup gue memang sempurna, tapi, tanpa lo, hidup gue gak akan sempurna. Liat lo kayak gini, membuat gue sakit, Rein."

"Elvano ja-jahat, Na .. gue cuma pelampiasan aja. Dia gak pernah cinta sama gue."

Nana semakin mempererat pelukannya. Dadanya terasa perih melihat Reina hancur perlahan. Ia tidak tega melihat Reina terluka lagi. Reina sudah terluka karena kedua orang tuanya meninggal. Sekarang, Reina merasakan bagaimana dijadikan pelampiasan.

Reina dan Nana menjadi pusat perhatian di depan gerbang sekolah. Mereka menangis bersama. Orang-orang berbisik-bisik.

Tiba-tiba, Reina melepaskan pelukannya dan berlari meninggalkan Nana.

"Reina, lo mau ke mana?! Reina!!" Nana berteriak kencang. Ia ingin mengikuti Reina, namun tangannya ditahan oleh Citra--anggota OSIS.

"Na, rapat OSIS mau dimulai. Lo yang presentasi, jangan keluyuran gak jelas."

"Tapi---"

"Ini tanggungjawab lo, Na."

Nana menatap Citra sekilas sebelum akhirnya memasuki sekolah dan mengikuti rapat.

Hujan di Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang