Epilog

255 18 4
                                        

Play this music
Budi Doremi - Melukis Senja

"Izinkan kulukis senja
Mengukir namamu di sana
Mendengar kam bercerita
Menangis, tertawa

Biar kulukis malam
Bawa kamu bintang-bintang
'Tuk temanimu yang terluka
Hingga kau bahagia"

Biar kulukis malamBawa kamu bintang-bintang'Tuk temanimu yang terlukaHingga kau bahagia"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

®®®

Temukan satu orang yang mampu menerima kamu apa adanya.

Seseorang yang tidak peduli bau apek rambutmu karena tidak keramas satu minggu.

Seseorang yang tidak peduli betapa jeleknya rupamu ketika bangun dari tidur.

Seseorang yang tidak peduli dengan wajah polosmu yang tidak memakai make-up.

Seseorang yang mau menua bersamamu dan menemani masa-masa terberatmu.

Seseorang yang tetap mengatakan 'kamu wanita paling cantik di dunia' ketika wajahmu berkeriput, flek hitam di mana-mana, dan rambutmu tidak hitam lagi.

Kamu cukup memiliki satu, bukan dua apalagi tiga.

Jangan lepaskan. Karena berlian tidak selalu berada di sekumpulan emas. Barangkali berlianmu berada di setumpukan jerami.

®®®

"Pacaaaarrr!"

Teriakan seorang perempuan berambut dora menggema di lorong rumah sakit. Kakinya berlari kecil menghampiri laki-laki yang ia sebut pacar. Setiap mata menoleh serempak untuk memperhatikan tingkah perempuan aneh itu. Beberapa dari mereka secara terang-terangan melontarkan kata tidak suka, menegur, dan segan terhadap tingkah kekanak-kanakannya.

Begitu jarak semakin dekat, Reina langsung meloncat ke dalam pelukan Elvano. Mereka tertawa bersama. Seorang perawat menegur mereka agar tidak berisik. Rumah sakit bukan tempat bermain. Pasien yang dirawat membutuhkan ketenangan dan kedamaian, bukan keributan.

"Udah selesai?" Elvano bertanya sambil membawa Reina menjauhi lingkungan rumah sakit. "Kata dokter apa?"

"Semua tergantung aku. Dokter cuma membantu dan memberi cara yang tepat saat trauma aku kambuh. Tetapi, hasilnya tergantung kemauan aku ingin lepas dari masa lalu atau enggak. Dokter juga ngasih obat kalau nanti trauma aku kambuh."

"Kamu pasti bisa melewati itu dan kamu gak boleh kalah sama ketakutan kamu." Elvano tersenyum dan kedua lesung pipinya terlihat.

"Iya, dong! Reina gak boleh kalah, hehe .. "

Hujan di Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang