19. Hujan

144 15 0
                                        

Uwu kesayanganku ❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Uwu kesayanganku ❤


®®®

Rahasiamu milikmu, namun entah mengapa aku ingin tahu.

®®®

"Bisa jalan gak? Gue gendong aja, ya?" Elvano menatap Reina yang duduk di jok motornya. Darah segar masih mengucur deras dari lutut perempuan itu.

"Gue bisa jalan sendiri, kok." Reina tersenyum palsu. Lututnya terasa nyeri. Bahkan, ia merasakan mati rasa di lututnya.

"Ck! Gak usah banyak cingcong lo. Sini, gue gendong aja." Elvano meletakkan kedua tangan Reina melingkar di lehernya, kemudian mengangkat tubuh perempuan itu dengan mudah.

"El!" Reina memberontak. "Turunin gue!"

"Lo gak usah sok kuat di depan gue, Rein. Kalo gak kuat, bilang aja. Gue siap jadi tameng lo." Elvano menoleh ke belakang menilik Reina, sedangkan perempuan itu menunduk menyembunyikan wajahnya di balik punggung Elvano.

Langkah kaki Elvano membawa Reina ke sebuah ruangan minimalis yang sederhana. Ia menurunkan Reina di sofa empuk berwarna cokelat. Reina tampak kebingungan. Sebelumnya, Reina tidak pernah berkunjung ke tempat ini.

"Ini tempat kerja gue."

Mata Reina membelalak. "Tempat kerja lo? Lo pemilik bengkel ini?"

Elvano terkikik geli. "Bukan gue yang punya bengkel ini. Kalo gue yang punya, gue gak perlu nabung buat beli motor itu." Elvano menunjuk motor metik berwarna putih di parkiran.

"Ish!" Reina memukul lengan Elvano, namun laki-laki itu berhasil menghindar dengan cara menangkap kedua tangan Reina.

"Gue kenal baik pemilik bengkel ini. Jadi, gue kerja di sini." Elvano mengusap rambut Reina pelan untuk menenangkan kekesalan perempuan itu. Benar saja, usap Elvano membuat Reina tenang. "Tunggu di sini sebentar. Jangan ke mana-mana. Gue ambil kotak P3K dulu."

Reina hanya mengangguk, kemudian Elvano berlari keluar ruangan. Setelah kepergian Elvano, Reina mengamati keadaan sekitar. Bengkel ini cukup ramai. Pelanggan silih berganti. Karyawan yang bekerja pun tidak sedikit. Reina yakin, pemilik bengkel ini adalah orang kaya raya.

Tadi, Reina malu ketika Elvano menggendongnya. Semua mata memandang aneh. Bahkan ada yang berbisik-bisik ingin tahu. Siapa yang tidak kepo melihat Reina yang tidak bisa berjalan dengan lutut yang penuh darah? Siapapun akan kepo setengah mati, termasuk pelanggan dan karyawan bengkel ini.

Setelah bergelut dengan pikirannya sendiri, Elvano datang dengan membawa baskom berisi kapas dan air hangat. Laki-laki itu jongkok di depannya dan meraih kaki Reina pelan.

"Ditahan bentar, kalo sakit tinggal gigit atau jambak rambut gue. Gak usah ditahan." Elvano tersenyum singkat sebelum fokus mengobati luka perempuan di depannya.

Hujan di Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang