Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
.
.
.
Di sebuah ruangan yang sangat besar, atau bisa dibilang sebuah ruangan dari mansion.Nampak, dua orang tua dan muda tengah berdebat.
"Kevin! Sudah berapa kali aku memerintahkanmu untuk menjalankan rencanaku! Kau harus bertunangan dengan salah seorang gadis manusia dari keluarga Lim!" Seorang pria yang sudah berusia, tampak marah ke pria muda di depannya.
"Aku tidak menyukainya, Ayah! Aku juga tidak mencintainya! Kenapa kau memaksaku?!" Pria muda itu membalas kesal.
"Suka? Cinta? Sadarkah kau siapa dirimu yang sebenarnya?! Kau bukanlah manusia yang memiliki perasaan menjijikkan seperti itu! Kau makhluk menakutkan, yang akan menghancurkan seluruh umat manusia! Kau adalah kematian manusia!" seru pria tua pada pria muda yang ia panggil Kevin.
"Kau tau bukan bahwa sejak dulu aku tak pernah peduli siapakah diriku, Ayah. Aku hanyalah Kevin! Namaku Kevin! Aku bukan kematian umat manusia!" Pria muda itu-Kevin, menimpali.
"Berani-beraninya kau tidak mengakui siapa kita! Apa kau lupa ibumu mati karena ulah siapa?!" ucap pria tua itu-ayahnya, mengingatkan.
Deg!
Sesaat usai mendengar kata 'ibu', hati Kevin serasa tertusuk ribuan pedang. Sangat sakit dan sesak, hingga sampai-sampai tak bisa tertahankan lagi.
"Kevin, apa kau lupa siapa yang telah membunuh ibumu?" Ayahnya berjalan mendekati Kevin dan memegang kedua bahunya. Nada bicara terdengar rendah namun menekan.
"Aku tidak akan pernah melupakan siapa yang telah membunuh ibuku." Mata merah Kevin berkilat tajam. Pandangannya menakutkan.
"Bagus! Teruslah ingat bahwa ibumu dibunuh oleh manusia. Dan sekarang, kau tau apa yang harus kau lakukan, bukan?"
"Aku tau apa yang harus aku lakukan, tapi aku tak ingin melakukan hal itu." Kevin membalas datar. Tatapannya kembali normal.
"Hah?! Apa kau gila?! Apa kau tidak ingin membalaskan dendam ibumu?!" sungut sang ayah menautkan kedua alisnya dengan bingung.
Kevin mengalihkan pandangannya ke sang ayah. "Aku ingin, Ayah! Aku ingin membalaskan dendam ibu! Aku sangat ingin melakukan hal itu! Tapi aku tidak bisa." Kevin berhenti sejenak. "Apakah Ayah lupa? Ibu sendiri yang melarangku untuk tidak membalaskan dendamnya. Oleh sebab itu, aku membuang jauh-jauh pemikiranku untuk balas dendam," sambung Kevin menjelaskan semuanya. Sorot matanya berubah sendu.
"Ck! Dengar, Kevin! Ibumu hanya tidak ingin kau terbunuh saat membalaskan dendamnya saat itu! Tapi sekarang, lihatlah! Kau sudah kuat! Kau sudah hebat! Dan aku percaya kau tak akan mati dengan mudah melawan para kaum manusia itu!"