44. Menatap langit yang sama

905 67 5
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

Charlie memandangi langit biru cerah dari jendela kelasnya. Ia menatap kosong awan-awan yang bergerak dan matahari yang bersinar terang, menyinari langit di siang itu.

Ia duduk diam termenung, sembari menopang dagunya dengan salah satu tangannya.

Sudah sepuluh menit berlalu setelah bel tanda istirahat berbunyi. Kelas sudah sepi karena para mahasiswa serta mahasiswi telah keluar dan pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang keroncongan.

Keheningan dan kesendirian. Itulah yang Charlie inginkan saat ini. Pikirannya masih berkalut pada kejadian satu bulan yang lalu.

Ya ... kejadian di mana dia tahu jika orang yang ia sukai bukanlah seorang manusia. Tentang pernikahan yang ternyata membuatnya menjadi nyaman bersama dia dalam sifat aslinya.

Sekilas, senyum tipis terukir di bibir mungilnya mengingat hal-hal indah tersebut. Bagaimana cara dia menyelamatkannya saat mencoba bunuh diri. Bagaimana dia menggagalkan rencananya untuk kabur.

Tanpa sadar, Charlie telah jatuh cinta untuk yang kedua kalinya kepada dia. Dia yang baru, dia yang asli, dia dengan tatapan dingin nan tajam. Dia, Kevin! Pangeran bangsa Vampir!

Tapi ... kenyataan seakan menghancurkan semuanya. Kenyataan bahwa manusia dan vampir adalah dua makhluk berbeda yang tidak akan pernah bisa bersatu. Kenyataan pahit yang amat menghantam hatinya!

.

"Lie ...."

"Charlie!"

"CHARLIE!"

Suara panggilan dari seseorang, menghancurkan lamunan panjang Charlie. Ia kembali tersadar ke dunia nyata. Dengan cepat, Charlie mengalihkan pandangannya ke asal suara.

Seorang gadis berambut blonde nampak berdiri di depan pintu kelas sembari mengibas-ibaskan tangannya ke atas dan ke bawah, menandakan agar Charlie mengikutinya.

Charlie bangkit dengan malas dari kursinya, lalu melangkahkan kakinya menuju pintu.

"Ck! Sedari tadi aku memanggilmu, tapi kau tidak dengar sama sekali!" Gadis blonde-Natasya, menampakkan wajah kesalnya di depan Charlie.

"Memangnya kenapa?" Charlie bertanya dengan wajah datar, seolah tak merasa bersalah.

"Aku lapar, ayo makan!" ajak Natasya.

"Tidak mau. Kau pergi saja sendiri," tolak Charlie mentah-mentah.

"Eh?! Bukankah kau paling bersemangat saat diajak makan? Kenapa hari ini tidak mau?!" Natasya menganga lebar.

Prince Vampire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang