1. Pertemuan

6.9K 615 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

Kilauan jingga menghiasi langit saat ini. Nampak, seorang gadis tengah duduk termenung di bawah pohon besar di sebuah taman. Ia menatap kosong langit sore kala itu.

Tes ...

Setetes demi setetes air mata mulai berjatuhan dari pelupuk matanya menuju pipinya yang putih nan mulus.

Dia menangis.

"Apa salahku, Tuhan? Kenapa dia membohongiku? Kenapa setiap di depanku dia selalu terlihat baik, sedangkan saat dibelakang sangatlah buruk?" gumamnya lirih sembari memeluk kedua kakinya.

"Kami sudah lama berteman, tapi kenapa dia membohongiku? Dia malah menyia-nyiakan ketulusan yang aku berikan? Kenapa?! Kenapa dia tega memanfaatkanku?!" Gadis itu semakin terisak, tak memedulikan kekhawatiran dari semua orang yang lewat dan melihatnya. Dalam pikirannya saat ini, ia hanya ingin sendirian. Menangis di hadapan Tuhan, sebab tak ada yang lebih baik selain hal itu.

Dia memejamkan kedua matanya rapat, menenggelamkan kepalanya di lutut, menumpahkan segala air mata dan isakkan penuh sesak dalam dadanya.


Tap...

Dari kejauhan, terdengar derap langkah kaki seseorang mendekatinya perlahan. Awalnya dia masih tak peduli, sampai sebuah telapak tangan hangat menepuk pundaknya yang bergetar. Sontak ia mendongak, mendapati seorang pria tengah berdiri di depannya dengan senyuman yang hangat pula.

"Kenapa kau menangis di sini?" Suara bariton lembut dari pria itu menjadikannya sedikit tenang, juga mata yang memancarkan kekhawatiran darinya pun, membuatnya seolah tersihir untuk diam. Tetapi tak berlangsung lama, isak tangisnya kembali keluar. Ia menunduk dalam sekali lagi.

Melihat dia kembali menangis, membuat pria itu langsung memikirkan sebuah cara. Tak butuh waktu lama untuk berpikir, tangan besarnya mulai bergerak, merogoh saku celana yang tengah ia pakai dan meraih sebuah sapu tangan. Setelahnya, si pria menyodorkan sapu tangan miliknya tepat ke hadapan sang gadis.

"Terima ini dan jangan menangis lagi," ucapnya dengan lembut, dan seketika tepat seperti apa yang telah ia duga, gadis itu kembali menengadah, memperlihatkan manik coklatnya yang terlihat memerah karena menangis. Ia menatap dalam pria di depannya.

"Ayo, ambil!" Dengan sedikit rasa ragu-ragu namun pasti, sang gadis akhirnya menerima sapu tangan yang diberikan oleh pria itu. Selanjutnya dia terdiam sejenak, menatap sapu tangan yang kini sudah berada di tangannya. Ia merasa heran dengan dirinya sendiri kali ini.


Bagaimana tidak. Dia merupakan tipe perempuan yang sangat berhati-hati dalam menerima pemberian apapun dari orang asing. Tetapi kali ini, dengan mudah dan cepatnya ia menerima sapu tangan pemberian pria tampan di depannya saat ini. Ada apa dengan dirinya?

"Cepat hapus air matamu lalu pulanglah. Ini sudah sore, sangat bahaya jika seorang gadis masih keluyuran di luar rumah." Pria itu memberhentikan perkataannya sejenak. "Di mana rumahmu? Akan kuantar kau sampai rumah," sambungnya lagi.

Segera gadis itu tersentak. Ia menggeleng sebagai penolakan. "T-tidak perlu, aku bisa pulang sendiri," tolaknya dengan suara kecil.

"Baiklah, cepatlah pulang. Aku akan pergi, sampai jumpa lagi." Pria itu mengucapkan salam perpisahan mereka, kemudian berbalik dan pergi meninggalkan taman.

Si gadis menatap punggung lebar yang perlahan menjauhi taman itu dengan lekat. Entah mengapa hatinya tiba-tiba berdesir hangat. Jantungnya berdetak tak karuan. Hingga tanpa sadar, ia tersenyum kecil usai melihat sekali lagi sebuah sapu tangan berwarna putih dengan motif mawar merah di tangannya saat ini.

Dia orang yang peduli, batinnya terharu, dan setelah itu berdiri, menghapus air mata yang masih tersisa di sudut mata juga pipinya. Aku memang tidak tahu siapa dirimu, tapi terima kasih atas kebaikanmu. Aku berjanji akan mengembalikan ini jika kita bertemu lagi.

Selanjutnya langkah kaki perlahan gadis itu ambil. Berjalan meninggalkan taman, menuju ke rumahnya tercinta.

Tanpa dia sadari sama sekali, takdir cintanya pun telah dimulai.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Maaf, part kali ini masih pendek karena aku cuman mau buat kisah pertemuan mereka dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf, part kali ini masih pendek karena aku cuman mau buat kisah pertemuan mereka dulu. Jadi tolong di maklumi, aku juga masih baru. Otakku belum sanggup buat kalimat yang panjang, hehe :)

Menulis tak semudah yang aku bayangkan ternyata 😥

Udah ya. Bye-bye 🙌


Prince Vampire

Prince Vampire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang