22. Pertunangan

910 89 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

Tiga bulan telah berlalu semenjak Charlie memutuskan untuk menjaga jarak dari Kevin. Dan mulai sejak hari itu, Kevin berubah menjadi lebih dingin nan sangat datar.

Seminggu lagi pertunangan Shasa dan Kevin akan dilaksanakan. Mereka berdua sudah bertemu dan berbincang-bincang. Lebih tepatnya, hanya Ayah Shasa yang berbincang bersama Kevin, sedangkan Shasa hanya menatap lekat pria itu.

Nampak, rasa suka dari mata Shasa saat melihat Kevin untuk pertama kalinya. Walaupun pria itu berwajah datar saat menatap Shasa, tapi entah mengapa hati Shasa malah menyukainya.

***

Pagi ini, Charlie baru saja datang ke kampusnya bersama Natasya. Mereka berjalan memasuki gedung dan melewati koridor menuju kelas mereka. Tapi, mereka berhenti kala Shasa mencegat mereka di tengah jalan.

"Shasa?! Ada apa?" Charlie menatap Shasa yang berdiri di depannya.

Shasa nampak menyodorkan sebuah kertas ke Charlie dan Natasya.

"Ini!" Charlie menatap lekat kertas itu.

Rupanya itu sebuah kertas undangan yang terukir rapi dengan tulisan yang indah.

"Undangan pertunanganku dan Kevin," sambung Shasa datar. Entah mengapa, dia menatap Charlie dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Oh, ya? Terima kasih," ucap Charlie tersenyum simpul mengambil kertas undangan itu dari tangan Shasa.

Setelahnya, Shasa pergi meninggalkan Natasya dan Charlie.

"Apa-apaan dia?! Seenaknya pergi bahkan tidak membalas senyumanmu!" pekik Natasya kesal melihat sikap datar Shasa Lim.

"Sudahlah, lebih baik kita langsung bergegas ke kelas!" ajak Charlie.

.

Charlie menatap pemandangan taman kampus dari atas roftoop.
Nampak, ia memegang kertas undangan yang tadi Shasa berikan padanya.

Apa aku harus datang? Charlie berkata dalam hati. Dia benar-benar bimbang sekarang.

Semenjak kejadian di taman tiga bulan yang lalu, dia dan Kevin benar-benar tidak berhubungan lagi. Bahkan setiap bertemu, mereka akan berusaha tidak mengenal satu sama lain. Mereka seolah menjadi seperti dua orang yang belum pernah mengenal sebelumnya.

Charlie menatap kertas undangan di tangannya. Di kertas itu, tanggal dan tempat berlangsungnya pertunangan sudah ditulis rapi.

"Acaranya malam nanti. Tapi, aku masih bingung untuk datang atau tidak," gumam Charlie.

Prince Vampire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang