4. Memulai

3.4K 331 20
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

.

"Eh, sudah hampir pukul satu siang?Kenapa jam rasanya cepat sekali berganti." Natasya mendengus sebal melirik jam tangannya. Sudah setengah jam lebih ia, Charlie, dan teman baru mereka-Kevin- mengobrol.


"Iya kau benar, ini sangat cepat," timpal Charlie menganggukkan kepalanya.

"Jam istirahat kita hanya tiga puluh menit, itu sebabnya cepat. Jika kalian ingin lama, silahkan membolos," ucap Kevin tak peduli dengan ocehan Charlie dan Natasya. Sebagai kakak tingkat yang baik sepertinya ia harus menasihati adik tingkatnya.

"Tapi aku masih lapar." Charlie bergumam, menyenderkan kepalanya di punggung kursi.

"Hah? Apa? Kau masih lapar?" Kevin mem-beo, sepertinya ia mendengar keluhan Charlie barusan.

"T-tidak! Siapa yang lapar?!" Charlie gelapan, membuat Kevin tertawa kecil dibuatnya. Charlie memanyunkan bibirnya kesal melihat Kevin yang tertawa menyebalkan di telinganya. "Diam lah!" serunya.

Kevin menghentikan tawanya seketika, mengembalikan wajahnya kembali pada ekspresi semula. Datar plus dingin.

"Sudahlah jangan katakan lagi bahwa kau masih merasa lapar. Sebaiknya kita segera bergegas kembali ke kelas, Charlie. Kau ingatkan jika hari ini kita ada kelas Pak Joseph? Aku tidak ingin dihukum olehnya karena terlambat masuk kelasnya," ungkap Natasya menarik lengan Charlie.

"Baiklah, tapi tunggu dulu! Ada satu hal yang ingin aku tanyakan pada Kevin." Charlie mengalihkan pandangannya ke Kevin, lalu kembali menatap Natasya.

"Aku tunggu kau di luar," ucap Natasya melepaskan genggaman tangannya lalu pergi ke luar kantin.

"Bolehkan aku bertanya padamu?" Charlie membuka suaranya dengan hati-hati setelah Natasya pergi.

"Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan?" Kevin membalas cepat.

"I-itu ... apa rambut perak dan mata merah-mu asli?"

Kevin nampak menunjukkan sedikit keterkejutan atas pertanyaan Charlie. Ia terdiam sejenak, namun tak lama pria itu malah tertawa kecil. "Kau tahu, rambutku sebenarnya berwarna pirang, tapi aku mewarnainya karena ingin terlihat berbeda dari yang lain. Sedangkan untuk mataku, aku menggunakan softlens yang cerah karena mataku minus." Kevin menjelaskan dengan rinci disertai senyum manis.

Charlie mengangguk-angguk paham. Ia baru mengerti setelah berpikir negatif tadinya. Ya, siapa juga yang tidak merasa aneh melihat mata dan rambut Kevin yang sangat mencolok itu? Siapapun itu pasti akan bertanya pada Kevin tentang mata dan rambutnya, jadi jangan salahkan Charlie karena dia bertanya hal yang tidak sopan.

Prince Vampire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang