17. Permintaan maaf

1K 91 6
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

[Pukul 07:30 A.M]

Kring, kring ...

Jam alarm membangunkan Charlie di tempat tidurnya. Ia duduk sebentar di atas kasur, mengumpulkan sebagian nyawanya yang sempat menghilang. Kemudian, dia berdiri dan segera menuju kamar mandi.

Tangannya terulur, mengambil handuk yang tergantung rapi di sebelah pintu kamar mandinya. Selanjutnya, ia langsung memulai ritual mandinya sampai selesai.

Tak lama, Charlie keluar dengan handuk yang melilit tubuh rampingnya. Ia melangkah menuju ruang wardrobe dan memakai pakaiannya.

Charlie memakai atasan putih tak bertangan dengan paduan blazer kulit berwarna coklat, serta rok putih selutut, dan sepasang sepatu sneaker berwarna pink pastel.

Tak lupa, rambutnya dia hiasi dengan pita bermotif bunga sakura. Dan sentuhan terakhir, make up polos nan tipis pada wajah cantiknya.

Kemudian, Charlie mengambil tas kecil punggung dan jam tangan di atas mejanya. Lalu, ia turun ke lantai dasar.

"Morning, Ayah, Ibu," sapa Charlie dengan senyuman manisnya.

"Morning, Sayang," sahut ibu dan ayahnya.

Charlie berjalan menuju ke meja makan dan memakan sarapan yang telah disiapkan oleh ibunya.

Tak lama, Charlie pun selesai menghabiskan makanannya. Setelah itu, dia pergi ke kampus dengan diantar oleh sang ayah menggunakan mobil.

***

"Dimana teman pria-mu itu?" Charlie menoleh usai mendengar ucapan sang ayah di dalam mobil.

"Teman pria?" Charlie mengerutkan keningnya bingung dengan apa yang dimaksud oleh ayahnya.

"Ya, si Kevin. Tumben dia tidak ke rumah untuk menjemputmu," ucap sang ayah.

Seketika, wajah Charlie memanas dan memerah. "A-ayah tau?" gugup Charlie mengalihkan pandangannya dari sang ayah.

"Tentu saja! Bagaimana mungkin Ayah tak tau siapa saja yang dekat denganmu. Ayah selalu mengawasimu," urai ayahnya.

"Ayah! Aku sudah besar. Jangan mengawasiku diam-diam!" Charlie menunduk menyembunyikan wajahnya yang tambah memerah.

"Baiklah, Ayah minta maaf. Jadi, apakah dia kekasihmu?" goda sang Ayah sekilas melirik putrinya.

Prince Vampire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang